Senin, 22 Desember 2025

Di Sandi Curi Ilmu Rock, Doni Ilmu Jazz

- Selasa, 30 April 2019 | 09:48 WIB
  MENJADI PENGAJAR : Adev Cuadiva (kanan) bersama Eno, drummer Band NTRL saat menjadi pengajar drum di sekolah musik milik Eno. Foto: IST RADARDEPOK.COM - Belum semua orang di Republik ini mengakui musisi termasuk sebuah jenis profesi. Sebagian besar masyarakat masih menganggap kegiatan bermusik, hanya sebatas hobi belaka. Tak mempunyai masa depan yang cerah selayaknya pengacara, dokter, maupun pegawai swasta. Begitulah awalnya musisi kenamaan asal Kota Depok Adev Chuadiva, dipandang. LAPORAN : INDRA ABERTNEGO SIREGAR Di dalam sebuah café kawasan ruko Verbena, Grand Depok City (GDC), Kota Depok. Pria gondrong berjanggut lebat sedang menghangatkan tubuhnya yang terpapar hujan, dengan segelas kopi hitam panas di genggamannya. Ya, Adev Chuadiva baru saja pulang mengajar musik di sekolah musik milik komposer ternama, Erwin Gutawa. Asap tipis masih menyeruak dari dalam gelas saat Adev, sapaanya menyeruput kopi hitam tersebut. Diiringi suara gemericik hujan yang riuh redam diruangan yang tertutup kaca tebal. Adev menceritakan perjalanan hidupnya sebagai seorang pria yang memilih jalan hidup lewat musik. Awalnya, Adev juga hidup sebagai anak yang memiliki mimpi layaknya anak–anak lain seusianya dulu. Hanya saja dia berani mewujudkan mimpinya sebagai seorang penabuh drum, walau ditentang keras kedua orang tuanya. “Dari kecil saya sudah jatuh cinta dengan alat musik drum. Saya suka mukulin panci dirumah dan meja sekolah saya juga, karena dulu saya belum punya drum,” kenang pria 36 tahun itu. Adev kecil, mulai belajar bermain drum secara otodidak sejak kelas 1 SMP hingga SMA. Namun, kedua orang tuanya seakan tidak peduli akan potensi besarnya di bidang seni musik. Sebab, setiap kali dia meminta untuk disekolahkan musik, tak pernah diizinkan. “ Akhirnya pada saat SMA saya beranikan diri untuk daftar les drum di sekolah musiknya Sandi, drummer band Pas Band,” tuturnya. Tanpa bantuan sepeserpun dari orang tuanya, dia banting tulang mencari uang untuk membiayai les drumnya. Meski demikian, kakaknya juga turut membantu Adev untuk membiayai lesnya. “Saya jualan stik drum dan asesoris drum supaya bisa bayar uang les,” terangnya. Dia percaya, dengan tekad yang kuat untuk menjadi seorang drummer professional, segala kendala pasti bisa dihadapinya termasuk masalah biaya. Selain les dengan Sandi, di waktu yang sama dia juga ikut les drum dengan Doni, Drumer Band Cupu Manik. Tujuanya tak lain, agar mendapatkan teknik terbaik dari kedua gurunya tersebut. “ Dari Sandi saya ambil ilmu Rocknya, dari Doni saya ambil ilmu Jazz, Latin, Samba, dan Bluess,” bebernya. (bersambung).

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X