Senin, 22 Desember 2025

Prank Merusak Fisik dan Psikis

- Selasa, 16 Juli 2019 | 12:45 WIB
RADARDEPOK.COM, DEPOK – Fenomena lelucon yang marak di media sosial atau kerap disebut Prank menuai pro dan kontra di masyarakat. Mayoritas menganggap Prank sebagai wadah keusilan yang sudah kelewat batas apabila menimbulkan dampak yang merugikan seseorang, baik secara fisik dan psikologis. Pengamat Sosil Vokasi Universitas Indonesia, Devie Rahmawati mengatakan, Prank muncul dari faktor alamiah seseorang yang bertujuan untuk menyenangkan diri sendiri tanpa memperdulikan orang lain. Apalagi nge-prank sudah dianggap hal biasa untuk membuat sebuah konten di medsos salah satunya Youtube. “Kalau yang saya perhatikan belakangan ini prank dianggap hal yang biasa saja, padahal dampaknya sangat berisiko pada fisiologis dan psikologis bagi korban prank,” kata Devie kepada Radar Depok. Aksi prank yang dilakukan seseorang mayoritas memiliki konotasi yang negatif. Belum lama ini anggota kepolisian Polresta Depok menangkap dua remaja yang menyamar menjadi setan untuk menakut-nakuti pengendara yang lewat demi sebuah konten youtube. Menurut Devie, aksi prank seperti menaku-nakuti pengendara yang lewat dapat membahayakan korban dari segi fisiologisnya. Korban bisa terjatuh hingga kehilangan nyawa. Sedangkan dampak psikologis yang diterima adalah membuat korban marah kepada pelaku. Sehingga dapat bertindak kasar kepada pelaku, serta korban akan mendapat trauma yang cukup tinggi akibat dari prank tersebut. “Prank sangat bahaya ketika muncul stigma menempatkan orang di situasi kritis. Bahaya yang timbul pasti merugikan salah satunya, sehingga muncul reaksi yang berbeda dari aksi prank ini,” tuturnya. Devie berharap pemerintah dapat mengeluarkan regulasi tentang panduan program yang akan atau sedang tayang di publik. Supaya masyarakat dapat mengetahui perbedaan perilaku yang baik dan buruk sebelum megikutinya. “Semoga pemerintah segera merealisasikan adanya regulasi yang tepat untuk mencegah perilaku buruk seperti itu,” tegas Devie. Sementara itu, Kepala Tim Jaguar Polresta Depok, Winam Agus menyebut pihaknya sudah dua kali menangkap remaja yang sedang nge-prank pengendara dan pejalan kaki demi menyukseskan konten youtube. Terakhir Minggu (14/7) menangkap bocah 13 tahun yang menyamar jadi tuyul di Tanah Baru, Beji. “Karena pelaku rata-rata masih dibawah umur jadinya kami tidak proses hukum hanya meminta mereka untuk berjanji tidak akan mengulangi aksinya tersebut. Karena prank ini sangat membahayakan orang lain,” pungkas Winam. (san)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X