Senin, 22 Desember 2025

Ada di Zaman Belanda, Ketua Pertama Samin bin Arsan dan Saimin bin Kadan

- Selasa, 6 Agustus 2019 | 13:00 WIB
TERBENTUK : Jalan Tujuh Duren Seribu mengikuti kegiatan kemasyarakat di Kelurahan Duren Seribu, Kecamatan Bojongsari, Minggu (4/8). FOTO : DICKY/RADARDEPOK   Tidak dapat dipungkiri perguran pencak silat di wilayah Kota Depok, menjadi ciri khas tradisi. Seperti, pencak silat Jalan Tujuh di Kelurahan Duren Seribu, Bojongsari. Pencak silat yang telah terbentuk sejak jaman penjajahan ini, ingin melestarikan budaya kepada masyarakat Kota Depok. Laporan : Dicky Agung Prihanto RADARDEPOK.COM - Sejumlah masyarakat Duren Seribu menggunakan pakaian Pangsi ala jawara pencak silat, di kegiatan penyambutan HUT ke-74 Republik Indonesia. Ditelisik lebih dalam, kumpulan masyarakat yang mengenakan pakaian pangsi merupakan anggota pencak silat Jalan Tujuh Duren Seribu. Untuk mengetahui lebih dalam, Radar Depok mencoba berkomunikasi dengan pengurus pencak silat Jalan Tujuh. Ketua pencak silat Jalan Tujuh, Supandi bin Saimin mengatakan, pencak silat Jalan Tujuh merupakan perguruan pencak silat yang telah mengakar diwilayah Duren Seribu. “Dahulu pencak silat Jalan Tujuh digunakan untuk bela diri melawan dan menjaga diri dari kezaliman,” ujar pria yang bersikap tenang tersebut. Menggunakan sabuk ala betawi, Supandi mengungkapkan, pencak silat Jalan Tujuh sudah ada sejak jaman Belanda. Namun, untuk melestarikan budaya silat tradisional tersebut, leluruhnya berusaha mengajarkan kepada masyarakat Duren Seribu secara turun temurun hingga saat ini. Masih kental di ingatannya, pencak silat Jalan Tujuh pertama kalinya diketuai oleh Samin bin Arsan, Saimin bin Kadan, dan akhirnya dia menjadi generasi pengurus selanjutnya. Supandi menambahkan, sesuai dengan nama Jalan Tujuh bahwa pencak silat Jalan Tujuh memiliki tujuh kuncian. “Saat ini kami memiliki anggota di wilayah Duren Seribu sebanyak 30 anggota,” terang Supandi. Supandi menuturkan, pencak silat Jalan Tujuh kerap melakukan latihan setiap malam Minggu. Hal itu dikarenakan mengingat kondisi waktu senggang anggota untuk tetap mengikuti latihan, yang digelar pengurus Jalan Tujuh Duren Seribu. “Kami ingin anggota tetap eksis dan dapat mempertahan silat tradisional Jalan Tujuh Duren Seribu,” ucap Supandi. (bersambung)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X