Senin, 22 Desember 2025

Pengrajin Bambu KCD : Tas Paling Diminati, Markas Jadi Galeri (2)

- Senin, 23 September 2019 | 10:25 WIB
KREATIF : Pengrajin Bambu Komunitas Ciliwung Depok sekaligus pengurus, Bang Pay (kiri) dan Bang Trisna (kanan) fokus membuat kerajinan tangan berbahan limbah bambu. FOTO : SANI/RADAR DEPOK   Di bawah jembatan Grand Depok City (GDC) hidup sekumpulan orang dewasa yang tergabung dalam Komunitas Ciliwung Depok (KCD). Lahan kosong, penuh tanah disulap menjadi tempat yang berdayaguna. Tidak hanya untuk tempat beristirahat, lahan cukup besar itu diubah menjadi layaknya lokasi pameran (galeri) bahan daur ulang bambu. LAPORAN: NUR APRIDA SANI RADARDEPOK.COM - Hamparan sinar matahari sangat terik, Jumat (20/9) siang. Tapi tidak mengurungkan semangat lima bocah Sekolah Dasar (SD) yang sedang mandi di aliran Sungai Ciliwung. Satu persatu mereka terjun dari bebatuan ke dalam sungai. Raut wajah mereka sangat ceria, sejenak penat di sekolah pun hilang. Markas KCD sangat nyaman, dibawah jembatan pancaran cahaya matahari tidak terlalu masuk kesana. Luas, terbuka, dinding penuh mural bertuliskan Komunitas Ciliwung Depok. Selain itu, tiga sampan karet bersandar di tembok tersebut. Tiga laki-laki dewasa sedang asik otak-atik bambu dan kayu yang baru saja dipotong. Mereka bang Trisna, Bang Pay, dan Bang Alaw adalah pengurus KCD sejak awal berdiri 2009 silam. Terutama Trisna dia juga pencetus kerajinan bambu khas KCD. Bambu dan kayu dari limbah sampah sungai, di tangan dinginnya itu berubah menjadi barang berdayaguna. Seperti tas, tempat alat tulis kantor, celengan, nampan, dan gelas. Ada juga mainan tradisional Enggrang. “Paling banyak peminatnya tas, karena disini unik dan tidak ada yang punya (limited edition),” kata Trisna dan kedua temannya itu. Hasil kerajinan tangan dari KCD tidak akan ditemui di pusat oleh-oleh manapun. Selain bentuknya yang unik dan menarik. Terdapat brand atau nama Ciliwung di dalamnya. Sebagai bukti agar tidak ditiru pengrajin lainnya. Proses pengerjaan satu buah barang cukup tiga hari sampai seminggu. Trisna mengatakan, yang memakan waktu lama itu saat pengeringan bambu. Diperkirakan sampai enam bulan. Bambu dan kayu yang basah akibat berhari-hari terendam di air sungai, harus dikeringkan sampai benar-benar kering. Setelah itu baru Trisna dan kawan-kawan baru dapat mengolahnya menjadi sebuah kerajinan tangan yang menarik. “Kami jualannya hanya disini (markas KCD), kalau tidak ada yang beli ya kami pajang saja,” terangnya. Hasil karya pengrajin bambu KCD memenuhi hampir seluruh bagian Kong Liong (pintu masuk). Masyarakat yang hadir pun dapat melihatnya dengan bebas, bak gallery pameran  kerajinan tangan pada umumnya. (*)   Editor : Pebri Mulya

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X