Senin, 22 Desember 2025

LPK Rosmalia : Sediakan Jasa WO Adat Sunda Hingga Regenerasi

- Jumat, 27 September 2019 | 09:08 WIB
MAMPU BERTAHAN: Seluruh murid LPK Rosmalia foto bersama berlatar belakang pelaminan usai menjalani prosesi lamaran dan adat istiadat Sunda di Sekretariat LPK Rosmalia, Jalan Melati, Kelurahan depok Jaya, Kecamatan Pancoranmas, Depok. FOTO : ARNET/RADARDEPOK   Perkembangan zaman yang semakin canggih dengan teknologi yang muktahir membuat LPK rosmalia bertahan sekuat tenaga dalam arus perkembangan zaman. Teknologi yang mudah diakses untuk memperoleh keterampilan tata rias busana dan wajah kini menjadi saingan terberat LPK yang bertahan puluhan tahun. Laporan : Arnet Kelmanutu TAK sedikitpun gentar yang terpancar dari wajah Imas Romlah Effendi dalang utama LPK Rosmalia yang pernah mengemban masa kejayaan di puluhan tahun silam. Ia pun menceritakan saingan yang paling terberat adalah harus bertahan dari perkembangan zaman yang semakin canggih. “Ya pasti berdampak, karena sekarang ada gadget untuk mencari tahu keterampilan tata arias dan busana dapat diakses melalui youtube dan lain sebagainya. Hal ini yang menurunkan minat belajar keterampilan menurun,” ucapnya didampingi keponakannya Herry yang juga mengembangkan LPK sejak tahun 2000. Bertukar ide dengan rekan seniman lainnya juga dilakukan. Wanita yang masih aktif dalam kegiatan sosial ini, beberapa tahun selalu mengadakan pelatihan, seminar, dan lainnya yang dapat menularkan virus LPK kepada masyarakat terutama kaum muda. Tak hilang arah, Herry melanjutkan perbincangan dengan Imas saat itu. demi mempertahankan, saat ini kami mempersiapkan jasa Wedding Organizer untuk adat sunda, dan dikit demi sedikit mulai banyak yang berdatangan. “Yang paling banyak adalah rekanan kita yang sesama LPK, dan merekomendasikan ke kami. Selain itu ya dari mulut ke mulut,” papar Herry kepada Radar Depok. Meski begitu sulitnya bertahan, mereka tetap yakin pada regenerasi yang mereka lakukan kepada anak-anak mereka baik yang orang tuanya sudah tergabung maupun yang belum. Sampai saat kurang lebih ada 30 murid dari kalangan remaja dan dewasa. “Kami selalu meyakini, yang namanya adat idtiadat baik tari, busana, rias wajah, tetap diminati regenerasi mendatang, karena kita lahir sebagai masyarakat yang bebudaya,” tutup Herry dengan kacamata hitamnya. (*)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X