Senin, 22 Desember 2025

Virus Korona : Satu Warga Depok Diisolasi

- Senin, 3 Februari 2020 | 09:07 WIB
JAGA KELESTARIAN : Walikota Depok Mohammad Idris menanam pohon di lingkungan Gang Sawo RW02 Kelurahan Curug, Minggu (2/2). Hal itu dilakukan guna meningkatkan kelestarian lingkungan. FOTO : LUTVIATUL FAUZIAH/RADAR DEPOK   RADARDEPOK.COM, DEPOK – Berdasarkan keterangan Dinas Kesehatan Kota Depok, terdapat satu warga Depok berinisial D yang sempat diduga terpapar virus korona, saat ini masih menjalani masa inkubasi selama 14 hari, sejak Selasa (28/1). D disebut sebagai warga Pancoranmas, pernah mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, setelah dua hari mengeluhkan gejala demam, batuk, dan nyeri tenggorokan pascatiba dari Tiongkok. Pihak RSPI kemudian mengambil sampel lendir dari hidung dan tenggorokan. Berdasarkan hasil tes laboratorium, D dinyatakan negatif dan tidak lama kemudian dibolehkan pulang. Namun, kondisi D masih dalam status pemantauan dari Puskesmas Pancoranmas dan Dinas Kesehatan Depok. “Pasien dari Pancoranmas masih terus kita pantau. Karena, berdasarkan kriteria pedomannya, pasien tersebut masih dalam masa inkubasi selama 14 hari,” ungkap Kepala Dinas kesehatan Kota Depok, Novarita. Novarita mengatakan, D tidak menjalani masa inkubasi atau diisolasi di rumah sakit, melainkan di rumah. Alasannya, D termasuk dalam kategori Pasien Dalam Pemantauan. Yaitu, seorang pasien yang punya riwayat perjalanan ke Tiongkok atau negara lain yang terjangkit dalam waktu 14 hari sebelum timbul gejala demam atau batuk dan nyeri tenggorokan. “Artinya D hanya diisolasi dalam rumah sendiri dengan pemantauan dari Puskesmas setempat dan Dinkes. Nanti yang bersangkutan diperiksa kesehatannya secara rutin dan diberi edukasi seputar perilaku hidup sehat dan bahaya virus Korona,” ucapnya. Menyusul status virus Korona yang sudah ditetapkan sebagai darurat global per Kamis 30 Januari 2020 lalu oleh WHO, Novarita mengimbau masyarakat Depok tidak panik dan tetap waspada. “Mulai dengan membiasakan pola hidup bersih dan sehat (PHBS), mengonsumsi makanan bergizi, serta menghindari kontak langsung dengan hewan liar atau pasar hewan," tegasnya. Sementara itu, Presiden RI Joko Widodo menggelar rapat terbatas (ratas) di Pangkalan Udara TNI AU di Halim Perdanakusuma, Jakarta, Minggu, (2/2). Ada enam poin yang menjadi kesimpulan dari rapat tersebut. “Baru saja rapat terbatas dipimpin Presiden dilakukan di Bandara Halim Perdanakusuma. Dari rapat itu, kami ingin sampaikan beberapa hal,” kata Menteri luar negeri (Menlu) Retno Marsudi dalam konferensi pers di Pangkalan Udara TNI AU di Halim Perdanakusuma. Pertama, kata Menlu, pemerintah bersyukur dari total 243 orang warga negara Indonesia (WNI) termasuk lima orang tim yang dipulangkan dari Wuhan, telah tiba dengan selamat di Natuna. Para WNI itu akan melalui masa observasi selama 14 hari. Masa observasi juga akan dijalani oleh 42 orang yang masuk dalam tim penjemputan WNI dari Wuhan, Tiongkok. “Sehingga total orang yang akan menjalankan observasi adalah 285. Sampai saat ini Alhamdulillah mereka dalam kondisi sehat,” ujar Menlu. Kedua, kata Menlu, Menteri Kesehatan bersama tim akan membuka kantor di Natuna, di mana juru bicara Menkes dari waktu ke waktu akan menyampaikan secara aktif perkembangan di sana. Ketiga, penerbangan langsung dari dan ke Mainland RRT ditunda untuk sementara mulai Rabu pukul 00.00 WIB. Keempat, semua pendatang yang tiba dari Mainland RRT dan sudah berada di sana selama 14 hari untuk sementara tidak diizinkan masuk dan transit di Indonesia. Kelima, kebijakan bebas visa kunjungan dan visa on arrival untuk warga negara RRT yang bertempat tinggal di Mainland Tiongkok untuk sementara dihentikan. Keenam, pemerintah meminta WNI untuk sementara tidak melakukan perjalanan ke Mainland Tiongkok. Rapat terbatas soal evakuasi WNI dipimpin langsung Presiden Joko Widodo dan dihadiri sejumlah menteri seperti Menko Polhukam Mahfud MD, Menlu Retno Marsudi, Menteri Hukum dan HAM Yassona Laoly, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, dan lain-lain, serta Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Kapolri Jenderal Pol Idham Aziz. Sebelumnya diketahui, pada Minggu, pemerintah telah berhasil mengevakuasi 243 WNI termasuk di antaranya lima orang tim aju, dari Provinsi Hubei, China menggunakan pesawat maskapai berbadan lebar Batik Air jenis Airbus 330-300CEO milik Lion Air Group. Penunjukan Batik Air sebagai maskapai pengevakuasi WNI, karena maskapai itu memiliki pesawat berbadan lebar yang dapat mengangkut 243 WNI dalam sekali penerbangan dan memiliki izin rute penerbangan langsung ke Wuhan. Evakuasi dilakukan tim yang terdiri dari 42 orang antara lain dari unsur TNI, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dan kru maskapai Lion Group. Tim dilengkapi dengan berbagai perlengkapan pelindung diri, termasuk masker dan baju khusus. Sebanyak 243 WNI yang berhasil dievakuasi mendarat di Bandara Hang Nadim Batam, Kepulauan Riau pada Minggu pagi sekitar pukul 08.45 WIB untuk transit dan berganti pesawat. Para WNI turun dari maskapai Batik Air sekitar pukul 09.23 WIB setelah menjalani prosedur kesehatan dan segera masuk ke pesawat milik TNI yang telah bersiaga di sebelahnya, untuk kemudian melanjutkan penerbangan ke Ranai, Natuna guna menjalani observasi lanjutan di pangkalan militer di Natuna. Pesawat milik TNI yang dikerahkan untuk mengangkut WNI dari Batam yaitu Hercules A-1315 dan dua Boeing AI 7304 dan A 7306. Kadis Ops Lanud Hang Nadim Batam Mayor Lek Wardoyo mengatakan pesawat Hercules dimaksimalkan dapat mengangkut 130 orang dan Boeing berkapasitas masing-masing 100 orang. Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto menyatakan, alasan dipilihnya Natuna sebagai tempat isolasi, karena pulau tersebut jauh dari pemukiman penduduk. Selain itu, Natuna juga dipilih karena merupakan pangkalan militer dan memiliki fasilitas rumah sakit yang dikelola tiga matra TNI yakni Darat, Laut dan Udara. “Jarak landasan (runway) pangkalan militer ke RS tempat isolasi juga sangat dekat. RS tersebut mampu menampung hingga 300 pasien. Sedangkan jarak dermaga ke lokasi RS tersebut juga relatif jauh sekitar 5-6 kilometer,” ucap Hadi dalam keterangannya, Minggu (2/2). Hadi menyampaikan, TNI mendukung proses pemulangan warga Indonesia dari Wuhan menuju Indonesia, dengan memberikan sarana dan prasarana untuk mendukung protokol kesehatan yang dijalankan pemerintah. Hadi menyebut, proses pemindahan dari Wuhan menuju Natuna, Indonesia terus dipantau melalui frekuensi militer yang diberikan operator kepada pilot sehingga dapat memonitor sejak keberangkatan hingga sampai pendaratan tiba di Indonesia. “Di lokasi yang terisolasi tersebut, kesehatan WNI dari Wuhan akan terus diobservasi oleh Kementerian Kesehatan dan instansi terkait. Lokasi itu memenuhi syarat protokol kesehatan sebagai tempat transit sementara sampai WNI dengan dinyatakan bebas, bisa bertemu dengan keluarga,” ungkap Hadi. (rd/net)   Jurnalis : Agung HR (IG : @agungimpresi) Editor : Pebri Mulya (IG : @pebrimulya)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X