BUDAYA : Salah seorang keluarga Mariyam saat memproses pengolahan dodol menggunakan pongkol pisang di kediaman Mariyam, Kelurahan Duren Mekar, Kecamatan Bojongsari. FOTO : DICKY/RADAR DEPOK
Pembuatan dodol khas tradisional Betawi memerlukan proses dan sejumlah kebutuhan yang dipercaya dapat menolak bala. Bahkan, pembuatan dodol khas betawi ini memerlukan waktu hingga 12 jam, sehingga kelezatan dodol dapat terjaga, hasilnya pun berbeda dengan dodol daerah lain.
Laporan : Dicky Agung Prihanto
RADARDEPOK.COM - Dua orang pria yang masih dalam keluarga Mariyam, tampak mengaduk dodol khas betawi di rumahnya di Jalan H Suhaemi, Kelurahan Duren Mekar, Kecamatan Bojongsari.
Pongkol pisang gepok dijadikan tungku, di sekitarnya terdapat cabai dan bawang tertancap di tungku tersebut.
Sambil memantau pengadukan dodol, Mariyam mengatakan, pembuatan dodol yang dilakukannya tetap mempertahankan tradisi yang telah diturunkan orang tuanya. Peralatan pembuatan dodol selain bahan, tungku dan kayu bakar menjadi bagian bahan utama dalam pembuatan dodol khas Betawi olahan Mariyam.
“Kami masih mempertahankan tradisi membuat dodol menggunakan tungku,” ujar Mariyam.
Uniknya tungku untuk tempat pengolahan dodol Mariyam masih menggunakan pongkol pisang gepok sebagai wadah tungku. Untuk wajan pengolahan, ia masih memakai wajan yang terbuat dari tembaga bukan dari almunium. Penggunaan pongkol pisang Gepok memiliki kekuatan tersendiri dari pongkol pisang jenis lainnya.
Mariyam mengaku, saat ini pongkol pisang Gepok untuk dijadikan tungku sulit dicari. Bukan hanya itu, wajan yang untuk pembuatan dodol juga mengalami kesulitan. Hal itu dikarenakan wajan saat ini banyak ditemukan di pasaran, telah menggunakan bahan alumunium.
“Kendalanya mencari pongkol pisang dan wajan yang terbuat dari tembaga,” terang Mariyam.
Selain itu lanjutnya, cabai dan bawang yang ditusuk menggunakan lidi dan ditancapkan di pongkol pisang merupakan anjuran tradisi orang tuanya. Tidak hanya itu, rantang yang dibubuhkan uang koin dan air diletakan di dekat tungku pembuatan dodol.
Menurutnya, persyaratan tersebut dipercaya orang tua dahulu sebagai pituah atau penolak bala.
“Jadi para leluhur kita dulu sering kayak gitu pembuatan dodolnya, ya jenis kayak tolak bala,” ucap Mariyam. (*)
Editor : Pebri Mulya
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.
Terkini
Minggu, 21 Desember 2025 | 20:01 WIB
Minggu, 21 Desember 2025 | 12:43 WIB
Sabtu, 20 Desember 2025 | 06:30 WIB
Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:30 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 23:41 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 15:15 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 08:30 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 08:20 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 08:05 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 07:35 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 07:30 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 07:15 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 06:35 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 05:35 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 22:55 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 22:11 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 20:45 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 20:36 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 19:38 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 14:15 WIB