KREASI : Anggota Tongkrongan Belakang sedang membuat layangan di salah satu tempat di Jalan Gandaria RW6, Kelurahan Ratujaya, Kecamatan Cipayung, beberapa waktu lalu. FOTO : DICKY/RADAR DEPOKKekompakan merupakan kunci sebuat kesolitan dalam sebuah tim. Hal itulah yang dirasakan anggota Tongkrongan Belakang dalam mengisi waktu membuat layangan. Bermodalkan uang Rp35 ribu, sebuah layangan hasil kreasi bersama mampu menyatukan anggota saat Pandemi Covid-19.Laporan : Dicky Agung PrihantoRADARDEPOK.COM - Pisau berukuran kecil menari-nari menyayat batang bambu yang tengah dihaluskan anggota Tongkrongan Belakang, di Jalan Gandaria RW6, Kelurahan Ratujaya, Kecamatan Cipayung. Sesekali Maulana, memberikan perintah kepada anggotanya untuk menarik benang dari sisi bambu layangan.
Anggota Tongkrongan Belakang, Maulana mengatakan, hasrat ingin membuat layangan semakin besar dirasakan. Dengan menyisihkan uang saku, Maulana berusaha memberi kebutuhan membuat layangan. Apalagi, bermain layangan tengah membuming diwilayah Kota Depok kala menjelang sore hingga senja.
"Modalnya sekitar Rp35 ribu hasil patungan dari sisa uang jajan," ujar Maulana sambil sesekali meraut bambu yang masih terlihat kasar.
Maulana mengungkapkan, pada malam hari, anggota Tongkrongan Belakang terlebih dahulu meraut bambu yang akan digunakan untuk membuat layangan. Nantinya, pada ke esokan harinya rautan bambu tersebut telah siap untuk dirangkai membuat layangan.
Pria berambut pendek tersebut menjelaskan, untuk proses merangkai bambu hingga menjadi sebuah layangan, membutuhkan waktu sekitar dua hingga tiga jam tergantung dari bentuk layangan yang akan dibuat. Untuk jenis layangan Koang dengan model hantu dibutuhkan ketelitian dalam membuat rangka. Uniknya, ilmu gravitasi untuk keseimbangan bambu, diaplikasikan dalam membuat layangan.
"Selain bambu, dibutuhakan lem, kertas wajik, benang, gunting, dan cat apabila dibutuhkan," terang Maulana.
Pria berusia 17 tahun tersebut menuturkan, setelah rangka dibuat, anggota lain akan memasangkan kertas wajik di rangka bambu dengan diperkuat lem. ketelitian pun juga diterapkan dalam menggunting kertas wajik dan pemberian lem di bagan layangan.
Maulana mengatakan, setelah kertas wajik menyatu pada rangka layangan, Maulana akan mendiamkan layangan atau menjemur terlebih dahulu, guna menguatkan lem pada layangan. Setelah layangan selesai dibuat, Maulana bersama temannya akan menambah lukisan lain apabila hal tersebut dibutuhkan, guna meningkatkan keunikan pada layangan hantu.
"Ada yang kami berikan ceceran cat warna merah seakan hantu itu berdarah sehingga terkesan menyeramkan atau menyerupai hantu sungguhan," ucap Maulana. (*)Editor : Pebri Mulya