Senin, 22 Desember 2025

Kisah Perjuangan Patriot Ipda Tholib : Kehilangan Tangan di Aceh dan Sempat Batal Jadi Ayah

- Jumat, 4 September 2020 | 11:27 WIB
Ipda Tolib.   RADARDEPOK.COM – Korps Brigade Mobile (Brimob) Polri merupakan kesatuan operasi khusus bersifat paramiliter. Dengan seragam yang apik, anggotanya tampak tegap dan tegas. Namun, dibalik itu semua anggota Korps Brimob Polri memiliki kisah-kisah yang membuat hati menjadi miris dan juga memicu semangat perjuangan. Radar Depok mencoba mengulas salah satu perjuangan anggota Brimob Kelapa Dua, Depok. Dia adalah Ipda Tolib yang harus rela kehilangan salah satu anggota tubuhnya akibat ledakan bom. Ipda Tolib harus kehilangan tangannya saat menjinakkan bom rakitan GAM saat bertugasdi kawasan Aceh. Berikut Wawancara Radar Depok bersama Ipda Tolib.   Selamat Pagi Bapak, sekarang tugas di mana? Pagi, masih di pasukan Gegana, namun sementara ini saya sedang mengikuti pendidikan di Sukabumi, dapat penghargaan dari Bapak Kapolri untuk mengikuti pendidikan sekolah inspektur polisi angkatan ke-49.   Ceritanya bagaimana Bapak kehilangan tangan? Jadi waktu itu saat saya bertugas di Aceh dalam rangka operasi Sada Rencong 3 pada 2000, kami melaksanakan patroli dalam rangka pengejaran anggota Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Saat patroli di daerah Kerung Cabe, kebetulan kami di Aceh Barat, Meulaboh, dan terjadi kontak senjata. Setelah itu situasi bisa kami kuasai, namun empat orang meninggal dari pihak GAM dan kami selamat semua. Setelah itu kami mendapatkan barang bukti beberapa bom rakitan yang di Tempat Kejadian Perkara (TKP), salah satunya yang dijinakan meledak dan mengenai tangan saya. Ipda Tolib.   Saat itu Bapak sudah menikah ?  Sudah menikah.   Bapak dari awal gegana? Sedari awal saya bertugas di Gegana, di Aceh itu saya penugasan operasi.   Ketika bom itu meledak gimana kondisinya? Jadi saat itu kondisinya tangan saya sudah hancur dan tak tertolong dan harus diamputasi, jadi itu untuk merapihkan kondisi tulang yang sudah hancur.   Kondisi tahun 2000 di Aceh bagaimana? Sangat rawan sekali, daerah konflik. Hampir setiap hari ada kontak senjata antara aparat dengan GAM. Jadi, harus selalu bersiaga diri, karena bisa ada serangan tiba-tiba atau ada penugasan tiba-tiba.   Bagaimana kondisi keluarga saat mengetahui Bapak mengalami kecelakaan dalam bertugas ? Kebetulan istri saya saat itu sedang mengandung memasuki usia enam bulan. Ketika mendengar kondisi tangan saya, istri saya langsung depresi dan akhirnya keguguran. Jadi hilangnya tangan saya bersamaan dengan hilangnya anak pertama saya dalam kandungan. Saya rasa itu cobaan paling berat buat saya, tangan hilang. Lalu, yang saya idam-idamkan saat saya pulang jadi seorang ayah, ternyata istri di rumah pun keguguran, saat itu istri di Jakarta. Ipda Tolib.   Cara pemulihannya bagaimana Pak? Jadi begini, saya kebetulan dimasukan dalam program ke pusat rehabilitasi cacat di Bintaro selama sembilan bulan, difokuskan untuk mengembalikan rasa percaya diri. Karena jujur, setelah kena itu hampir enam bulan saya minder, tidak punya rasa percaya diri, bahkan jarang masuk kantor karena malu bertemu rekan-rekan. Tapi setelah disekolah di pusat rehabilitasi cacat, Alhamdulilah kami bisa bergabung dengan yang lain seperti biasa.   Apresiasi apa yang diberikan Kapolri? Alhamdulillah mengikuti sekolah inspektur polisi, tujuh bulan, insya allah kalau tak ada halangan dilantik jadi perwira tanggal 28 September.   Pesan untuk generasi lainnya? Mungkin untuk rekan kami yang tugas di lapangan, jangan pernah ragu, artinya dalam tugas jangan pernah ragu.   Kalau sekarang sudah punya anak? Anak satu, kelas III SMP. Dia dengar cerita bapaknya ini responnya ingin meneruskan perjuangan dan pengabdian ayahnya, ingin menjadi polwan dia.   Total berapa tahun mengabdi di polri? 24 tahun   Jurnalis : Dicky Agung Prihanto Editor : Pebri Mulya

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X