Senin, 22 Desember 2025

Lebih Dekat dengan Komunitas Depok Banget : Diinisiasi Mahasiswa UI, Lahirkan Desa Binaan (1)

- Sabtu, 10 Oktober 2020 | 09:50 WIB
DIRESMIKAN : Anggota Komunitas Depok Banget berfoto bersama usai peresmian komunitas tersebut, di salah satu resto Jalan Raya Margonda, pada Mei 2019. FOTO : ISTIMEWA   Pada awal 2019, ada seorang mahasiswa Universitas Indonesia, Alfian Tegar Prakasa sedang fokus merampungkan skripsinya, yang membedah soal program Smart City di Kota Depok. Dari studinya tersebut, ia banyak menemukan sejumlah 'kejanggalan'. Laporan: Putri Disa Kiftiani RADARDEPOK.COM - Siang itu di salah satu sudut kampus Universitas Indonesia (UI), Alfian Tegar Prakasa menemui rekan seangkatannya, Sulthana Labiba Khansa. Ia menyampaikan ide ingin membentuk Community Development alias Comdev. Saat itu, keduanya terlibat obrolan serius. Tegar berharap, Khansa bisa membantunya membangun Comdev. Perlu diketahui, komunitas tersebut bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat. Alhasil, Tegar dan Khansa sepakat membuat Comdev di Kota Depok. Tujuan membentuk Comdev di daerah Depok adalah semata-mata ingin mengabdi kepada daerahnya sendiri. Namun, bukan berarti dirinya tidak ingin mengabdi di tempat lain, hanya saja akan terasa lebih mudah ketika dirinya berbuat di lingkungan sekitar terlebih dahulu. “Waktu diajak Tegar membangun Comdev, tidak ada alasan untuk menolak. Sudah ada yang meminta bantuan di depan mata, kenapa harus ditolak? Toh itu hal baik dan juga salah satu mimpi saya,” ungkap Khansa. Singkat cerita, terkumpulah sembilan orang lainnya dari berbagai program studi yang masih satu angkatan di UI. Orang-orang tersebut yang biasa disebut tim inti. Jadi, total tim pembentukan Comdev sebanyak sebelas orang. Mereka mulai menyamakan visi dan misi. Dan terbentuk misi: Dari Anak Depok untuk Depok. Setelah misi muncul, akhirnya mereka mencoba cari nama untuk komunitas tersebut. Penuturan Khansa, awalnya mereka iseng searching di internet cari kata Depok. Yang muncul adalah konotasi negatif semua. Mulai dari macet, anak jalanan, dan masih banyak lainnya. DIRESMIKAN : Anggota Komunitas Depok Banget berfoto bersama usai peresmian komunitas tersebut, di salah satu resto Jalan Raya Margonda, pada Mei 2019. FOTO : ISTIMEWA   “Dari situlah, kita ingin suatu saat kalau orang ada yang search kata Depok di internet, yang muncul tidak hanya itu. Akhirnya, terbentuklah komunitas kami dengan nama Depok Banget,” tutur Khansa. Karena komunitas ini bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat, mereka pun kemudian sibuk mencari target untuk dijadikan desa binaan. Menurut Khansa, pihaknya sempat studi literatur, namun data yang dimiliki terbatas. “Kami pun putuskan untuk mencari data di internet, wilayah yang memang dituju itu harus memenuhi kriteria Depok Banget,” ucapnya. Kriteria yang dimaksud, di antaranya wilayah padat penduduk, Infant Mortality Rate (IMR) atau tingkat kematian bayi rendah. Mengarah ke Kecamatan Cipayung, dan mengerucut ke Kelurahan Pondok Jaya. Tim Depok banget kemudian mendatangi Lurah wilayah tersebut, bertujuan meminta rekomendasi sekaligus izin membentuk desa binaan di wilayahnya. “Alhamdulillah kita diterima baik oleh pak lurahnya pada saat itu. Dia rekomendasikan kepada kita dua RW yang dikategorikan belum maju lingkungannya,” tuturnya. Dua RW yang direkomendasikan adalah RW03 dan RW04. Saat itu, mereka harus menentukan satu RW dari dua yang direkomendasikan. Setelah melaui beberapa pertimbangan, akhirnya mereka memilih RW04 untuk dijadikan desa binaan. Tepat pada 4 Mei 2019, komunitas Depok Banget diresmikan oleh Walikota Depok, Mohammad Idris, di salah satu resto di kawasan Jalan Raya Margonda. (*)   Editor : Pebri Mulya

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X