Menjaga lingkungan agar tetap bersih dan sehat merupakan tanggung jawab bersama. Tetapi nyatanya, berbanding terbalik pada kehidupan riil masyarakat. Makanya, untuk menumbuhkan kesadaran, perlu adanya campur tangan dari berbagai pihak. Misalnya yang dilakukan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK), dengan membentuk Ecovillage. Apa itu?
Laporan : Daffa Andarifka Syaifullah
RADARDEPOK.COM, Tampak tiga orang pemuda sedang merapikan pot-pot tanaman di pekarangan lantai dua rumah berwarna putih pada Perumahan Cluster Acacia Blok H nomor 25. Pukul 16:00 WIB perempuan berkaos cokelat dengan celana jeans biru duduk di sebuah sofa antik.
Dia sebagai pencinta lingkungan sekaligus Ketua Ecovillage Tirtajaya, Endah Kusdiarwati Purborini mengingat-ingat perjalanan awal terbentuknya pencinta lingkungan tersebut.
Tepat di 2019, DLHK Jawa Barat berinisiasi untuk membentuk kampung berbudaya dan menjaga lingkungan. Tujuannya agar bertanggung jawab untuk memelihara kelestarian lingkungan serta konservasi alam. Sasarannya adalah daerah yang dialiri tiga sungai besar, Cisadane, Citarum dan Ciliwung. Maka dari itu tergagaslah Ecovillaage di berbagai wilayah.
“Kebetulan karena kita letaknya dipinggir Ciliwung, maka dicetuskanlah Ecovillage Tirtajaya,” kata jebolan IISIP Jakarta angkatan 1987 itu.
Setelah itu, sebagai langkah ancang-ancang. Ecovillage bekerjasama dengan PKK. Selama dua bulan lamanya sinergi itu terjalin, lambat laun menjadi masif. Memutar otak, Endah sapaanya, yang juga aktif di Kelurahan menjadi salah satu kepanitiaan pemilihan ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), mengajak salah satu remaja dari RW2 bernama Agung, untuk berkontribusi di Ecovillage.
Di dalam benaknya pengalaman baru, seru nan asyik menunggunya. Sontak, Agung yang tertarik akhirnya bersedia untuk aktif di sana. Beberapa minggu berselang. Dia sebagai inisiator berencana menggaet pemuda lainnya bergabung. Dimulailah satu persatu ikut andil, seperti Septian Hendi Prasetyo dan Ayas.
Alhasil, 10 pemuda berkontribusi dalam keanggotaan Ecovillage Tirtajaya dari berbagai RW. Beragam kegiatan menarik mereka ikuti, seperti Sosialisasi Keliling, Camping Ecovillage, Studi Banding dengan Ecovillage wilayah lain, serta perencanaan pembuatan produk daur ulang sebagai ciri khas mereka.
“Anak muda yang berkumpul disini karena tertarik dengan kegiatan mengolah sampah dan konservasi penghijauan alam. Kita berdayakan mereka,” bebernya.
Perlahan tapi pasti, untuk merubah perilaku masyarakat tidak semudah membalikan telapak tangan. Kesabaran juga kesungguhan diuji dalam setiap ikhtiarnya. Makannya, Ecovillage merangkul DLHK Kota Depok dalam membenahi perkampungan disepanjang Kali Ciliwung, dan masyarakat yang tinggal disana secara umum. Dan secara khusus warga se-Kelurahan Tirtajaya. Minimal pemilahan sampah sudah harus dibagi ke dalam dua klasifikasi, yaitu organik dan non organik.
Edukasi dan pendekatan kepada masyarakat telah dilakukan. DLHK turut andil dalam penanganan dan pengangkutan sampah. Semua upaya itu menghasilkan kebiasaan seluruh Warga yang tinggal di Tirtajaya 80 persen telah memilah sampah dengan baik.
“Jadi Ecovillage adalah suatu gerakan kesadaran masyarakat untuk memelihara lingkungan, menanam tanaman, sedekah sampah, dan lainnya yang bertujuan untuk menjaga, melestarikan, dan konservasi lingkungan,” tutupnya (bersambung)
Editor : Junior Williandro