RADARDEPOK.COM, DEPOK - Harga kedelai yang semakin tinggi membuat pengusaha tahu di Kota Depok mengambil langkah tegas. Mogok kerja selama tiga hari, mulai Senin (21/2) sampai Rabu (23/2). Langkah tersebut dilakukan sesuai seruan dari paguyuban kedelai se-Jabodetabek.
Pengusaha Tahu 234 di kawasan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Imron mengatakan, langkah tersebut agar mendapat perhatian dari pemerintah. Karena harga kedelai semakin tinggi. Sebelumnya, perkilogram kedelai seharga Rp9 ribu, kini menjadi Rp11.500 perkilonya.
"Kami akan mogok tiga hari kalau tidak ada respon dari pemerintah," jelasnya saat dikonfirmasi.
Aksi mogok, kata dia, sudah disepakati seluruh pengusaha tahu di Jabodetabek. Namun belum ada kabar lebih lanjut. Paguyuban masih berkomunikasi dengan pemerintah.
Menurutnya, memang hal mustahil untuk harga kedelai kembali normal seperti biasa. Tapi setidaknya ada subsidi kedelai pemerintah agar tidak terlalu berdampak ke hasil produksi tahu.
"Kita memang rencana untuk menaikan harga tahu atau memperkecil ukuran, tapi jujur belum dilakukan ya," ungkapnya kepada Radar Depok.
Setiap harinya, pabrik tahu yang berada di kawasan Pasir Putih ini mampu memproduksi empat kuintal kedelai untuk dijadikan tahu cokelat dan tahu kuning.
Tentunya, kata Imron, dengan harga kacang kedelai yang terus meningkat, akan mempengaruhi biaya produksi yang juga bertambah.
"Apalagi kami mempekerjakan delapan karyawan beserta sopir. Tentu kondisi ini membuat kami kewalahan," bebernya.
Sementara, Kepala Dinas Perdagangan dan Industri (Disdagin) Kota Depok, Zamrowi menambahkan, untuk harga tahu dan tempe dari kemarin sampai hari ini masih stabil, artinya tidak ada kenaikan.
"Kalau saya lihat dari draf harga pasaran, kemarin dan hari ini masih tetap sama," katanya sesuai data yang diberikan kepada Radar Depok.
Memang, setiap pasar memiliki perbedaan harga. Salah satu contohnya harga tahu di Pasar Kemirimuka, perkilogram Rp6 ribu, lalu di Pasar Tugu Rp8 ribu/Kg.
Namun di beberapa pasar tradisional di Kota Depok, untuk harga tahu tidak tercantum seperti di Pasar Sukatani. Entah tidak tersedia atau memang harga di pasar tersebut tidak terdekteksi pemerintah. (rd/arn)
Jurnalis : Arnet Kelmanutu