Senin, 22 Desember 2025

Berkenalan dengan Camat Pancoranmas, Syaiful Hidayat (1) : Perjuangan Saat jadi Guru Honorer, Kado Spesial Istri Tercinta

- Rabu, 7 September 2022 | 23:30 WIB
Camat Pancoranmas, Syaiful Hidayat. ALDY RAMA/RADAR DEPOK
Camat Pancoranmas, Syaiful Hidayat. ALDY RAMA/RADAR DEPOK

Perjalanan yang tidak mudah menjadi seorang Camat Pancoranmas. Pasalnya, Syaiful Hidayat memiliki berbagai perjalanan karir yang begitu panjang. Namun, perjuangan tersebut tidak sia-sia yang menjadikannya sebagai Camat Pancoranmas hingga saat ini.


Laporan : Aldy Rama


RADARDEPOK.COM, Sore hari yang begitu cerah mewarnai langit, pertemuan Syaiful Hidayat selaku Camat Pancoranmas dengan awak Radar Depok sebelumnya memang sudah direncanakan jauh-jauh hari. Dengan senang hati, Syaiful mempersilahkan awak Radar Depok untuk memasuki ruang kantornya. Padahal, Saiful kala itu juga sedang menerima tamu.


Tegur sapa yang hangat pun ia lontarkan, seraya menawarkan berbagai camilan yang tersedia di atas meja tamunya yang dikelilingi sofa empuknya. Sajian yang diberikan pun terbilang tidak sedikit, terdapat sekitar empat toples yang berisikan permen dan makanan ringan. Tak luput juga air mineral terpampang rapi tersaji di atas meja tersebut layaknya ruangan kantor kelurahan atau kecamatan pada umumnya.


Pembahasan yang berkaitan dengan perjalanan karir pun ia ceritakan dengan begitu detail, dari awal ia dilahirkan hingga menjadi Camat Pancoranmas saat ini.


Dengan penuh ketegasan ia berkata, “Saya asli orang Mampang Depok, lahir di Mampang, dan saya adalah Boma alias Bocah Mampang, yang lahir pada 27 Oktober 1964. Orang tua saya, ibu maupun bapak, semuanya asli orang Mampang,” jelasnya.


Cerita bermula pada tahun 1976, Syaiful merupakan tamatan Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Mampang. Kemudian, dari MI ia lanjut ke MTs lulus pada 1980.


Selanjutnya, saya melanjutkan pendidikan ke Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Negeri 3 Pasar Minggu tahun 1980 hingga lulus ditahun 1983. Ketika masih menempuh pendidikan, saya juga bekerja menjadi guru honorer,” ungkapnya meyakinkan.


Sebagai guru honorer, Syaiful bekerja menjadi guru olahraga dan kesenian atau yang sekarang biasa dikenal dengan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes).


Ketika saya sekolah di SPG tahun 1980, saya sudah mulai mengajar di beberapa sekolah, salah satunya sekolah bapak saya di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Hidayatul Athfal Mampang, Jalan Pramuka dua. Jadi, saat itu diselingi dengan pekerjaan, mengajar pagi kemudian dilanjut sekolah pada siang,” jelasnya.


Saat Syaiful beranjak kelas XI, dirinya tidak mengajar lagi. Melainkan, ingin mendirikan sekolah khusus agama yang dikhususkan untuk anak SD. Tapi, karena keterbatasan waktu dan tenaga, akhirnya tidak bisa terealisasi.


Ketika lulus SPG pada tahun 1983, saya kembali menjadi guru honorer, di tahun 1984 saya menjadi guru honorer SMP. Berbagai SMP saya jelajahi saat menjadi guru honorer saat itu, dengan bidang mata pelajaran yang sama, sebagai guru olahraga dan seni dengan upah Rp5.000 pada zaman itu,” ungkapnya.


Singkat cerita, kala itu Syaiful menempuh pendidikan di perguruan tinggi di Pendidikan Guru Sekolah Menengah Tingkat Pertama (PGSMTP) dengan mengenyam pendidikan Diploma 1 (D1) jurusan seni rupa sekitar tahun 1987.


Dengan semangat untuk membiayai pendidikannya sendiri, ia pun rela bekerja kesana kemari sebagai guru. Bahkan, dari Cinangka, Leuwinanggung, Cipayung, Pancoranmas hingga Pasir Gunung Selatan pun pernah ia tempuh. Dapat dikatakan, Saiful merupakan guru petualang yang mengajar dimana-mana.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X