Senin, 22 Desember 2025

Pemerhati Perempuan dan Anak Asal Depok, Serius Tangani Kasus Gangguan Ginjal Akut

- Sabtu, 22 Oktober 2022 | 08:27 WIB
Ilustrasi Gangguan Ginjal Akut. Gettyimages
Ilustrasi Gangguan Ginjal Akut. Gettyimages

RADARDEPOK.COMPemerhati Perempuan dan Anak asal Depok, Novi Anggriani mengaku prihatin terhadap tingginya angka kematian dalam kasus gagal ginjal akut misterius pada anak. Ia pun mempertanyakan kualitas uji klinis untuk obat yang beredar di pasaran dan meminta pemerintah serius membuat kebijakan strategis guna mengatasi kasus tersebut.


“Saya tidak habis fikir, kenapa bisa sampai beredar obat yang membahayakan bagi anak,” kata Novi Anggriani kepada Radar Depok, Jumat (21/10).


Menurut Novi Anggriani, sebelum digunakan untuk manusia dan mendapatkan izin edar, harus menjalani serangkaian uji klinis beberapa tahap.


“Ini kok bisa lolos ya, harusnya kan jika ada kandungan yang tidak aman, tidak akan lolos uji klinis dan sampai beredar di pasaran,” ujar Novi Anggriani.


Kemudian, Novi Anggriani juga menilai kinerja dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) kurang responsif untuk melakukan pengecekan begitu ada kejadian gagal ginjal pada anak di Gambia.


“Saya sepakat dengan Ahli epidemiologi dari Universitas Indonesia (UI), Pandu Riono yang menilai BPOM seolah-olah bersikap defensif saat kasus gagal ginjal akut atau acute kidney injury (AKI) mencuat. BPOM defensif lantaran tidak melakukan penyelidikan lebih lanjut ketika banyak balita di Gambia mengalami gagal ginjal akut diduga karena obat sirup,” geram Novi Anggriani.


Ia mengaku prihatin dan sangat menyayangkan ada tragedi seperti ini di Indonesia, terlebih menimpa anak-anak yang nantinya akan menjadi generasi penerus bangsa.

“Ini harusnya bisa dicegah, jika semua prosedur dilaksanakan sebagaimana mestinya,” tegas Novi Anggriani.


Berdasarkan Sumber Data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Kementerian Kesehatan, sambung politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini, per 18 Oktober 2022 total mencapai 202 kasus di 20 provinsi.


Namun, Novi Anggriani meyakini bahwa angka tersebut akan lebih besar jika ditelusuri secara massif di lapangan.


“Data itu ibarat gunung es, hanya sedikit di permukaan. Tapi, jika dilihat ke dalam air, akan lebih besar lagi. Seharusnya ini tidak boleh terjadi,” katanya.


Ia pun berharap agar pemerintah serius menangani kasus gangguan ginjal akut, serta bisa melakukan langkah-langkah strategis untuk mencegah lebih banyak generasi penerus bangsa yang menderita dan gugur lantaran obat-obatan tersebut.


“Kasihan harus cuci darah dan menderita. Namun, informasi terakhir ada obat penawar dari Singapura untuk gangguan ginjal akut pada anak. Semoga anak-anak kita bisa didata yang memiliki gejala gangguan ginjal dan diberikan obat penawar, dan harusnya bisa digratiskan obatnya,” ucap Novi Anggriani.


Sebelumnya, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memastikan empat sirup obat batuk asal India tidak terdaftar di Indonesia. Keempat sirup ini menjadi penyebab gagal ginjal pada anak di Gambia karena mengandung etilen glikol.


Adapun keempat sirup tersebut, yakni Promethazine Oral Solution, Kofexmalin Baby Cough Syrup, Makoff Baby Cough Syrup, dan Magrip N Cold Syrup. Keempatnya diproduksi oleh Maiden Pharmaceuticals Limited, India. (cky)

Editor : Ricky Juliansyah

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X