RADARDEPOK.COM - Terdakwa kasus pembunuhan Brigadir Polisi Yosua Hutabarat, Bharada Richard Eliezer Pudihang Lumiu, bersimpuh di hadapan orang tua Yosua. Dia meminta maaf karena telah menembak Yosua atas perintah Ferdy Sambo.
Peristiwa itu terjadi kemarin di ruang sidang utama Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (PN Jaksel). Itu adalah pertemuan pertama mereka. Sesuai jadwal, majelis hakim dalam sidang tersebut memeriksa 12 orang saksi untuk Eliezer (Bharada E). Para saksi itu terdiri atas penasihat hukum, keluarga, kerabat, dan kekasih Yosua. Semuanya hadir secara langsung.
Oleh majelis hakim yang dipimpin Wahyu Imam Santosa, pemeriksaan para saksi dibagi menjadi tiga. Pertama, hakim memeriksa Kamaruddin Simanjuntak sebagai penasihat hukum keluarga Yosua. Kedua, adik dan kekasih Yosua, Mahreza Rizky dan Vera Maretha Simanjuntak, yang diperiksa. Ketiga, sembilan orang saksi terdiri atas Samuel Hutabarat, Rosita Simanjuntak, Yuni Artika Hutabarat, Devianita Hutabarat, Roslin Emika Simanjuntak, Rohani Simanjuntak, Sangga Parulian, Novitasari Nadea, serta Indrawanto Pasaribu. Mereka diperiksa bersamaan.
Saat ditanyai oleh Wahyu, Rosita yang tidak lain adalah ibunda Yosua tidak kuasa membendung air mata. Dia kembali menangis lantaran mengingat putranya. Menurut dia, Yosua merupakan anak yang baik. Dia patuh pada orang tua dan atasan. ”Dia (Yosua, Red) selalu bercerita tanggung jawabnya dalam tugas. Dia bercerita atas kebaikan, aman, dan kondisinya selalu baik-baik saja,” ungkapnya. Tidak seperti kepada ayahnya, Rosita mengakui bahwa Yosua lebih sering berkomunikasi dengan dirinya.
Yosua, lanjut Rosita, seringkali bercerita mengenai pekerjaannya. Keluarga besar Yosua pun sangat bangga ketika mendapat kabar bahwa pemuda 28 tahun itu akan pindah ke Jakarta untuk menjadi salah satu ajudan pimpinan Polri. Kepada ibunya, Yosua tidak jarang menunjukkan kedekatannya dengan Sambo dan keluarga. Termasuk Putri Candrawathi sebagai istri Sambo. ”Melalui video call atau telepon, kalau mereka sedang ibadah atau sedang belanja, anak itu selalu menunjukkan. Ini Bapak (Sambo), Ma. Ini Ibu (Putri),” kenangnya.
Kedekatan tersebut membuat Rosita tenang. Dia menyampaikan bahwa dirinya selalu menitip pesan agar Yosua taat dan patuh pada Sambo maupun Putri. Sebab, mereka adalah wali atau wakil dirinya dan Samuel. ”Jadi, saya bilang anak harus baik. Itu adalah walimu, wali mamamu, dan wali bapakmu di sana. Jadi, kamu harus hormat kepada ibu dan atasanmu,” kata dia menirukan pesan yang selalu disampaikan kepada Yosua.
Keluarga Sambo juga kenal dan cukup akrab dengan Reza, adik Yosua. Sebelum ditarik kembali ke Polda Jambi, Reza memang sempat bertugas di Jakarta. Saat itu, dia sering mengunjungi rumah Sambo dan Putri. ”Memang Ibu itu selalu memanggil Reza kalau ada acara di rumah. Itu semenjak Si Reza bertugas di Mabes (Polri). Ferdy Sambo selalu memanggil adiknya (Yosua). Waktu dipanggil itupun video call,” beber Rosita.
Rosita menyampaikan, Yosua kadang menunjukkan kedekatannya dengan rekan-rekan sesama ajudan. Termasuk kedekatan dengan Bharada E. ”Itulah saking anak ini perhatian kepada temannya,” kata dia. Karena itu, dia sangat terpukul ketika mengetahui Yosua meninggal. Apalagi, di awal-awal peristiwa penembakan terjadi, Yosua disebut meninggal dalam baku tembak yang dipicu oleh tindakan pelecehan kepada Putri. ”Saya berat bapak (hakim), saya rasakan dengan mata terbuka anak saya dihabisi, anak saya dicabut nyawanya. Nyawa itu adalah hak Tuhan,” katanya, seraya terus menangis.
Siang dan malam, lanjut Rosita, dia menangis histeris setiap mengingat Yosua. Putra yang menjadi tulang punggung keluarga, anak lelaki tertua yang menjadi panutan bagi adik-adiknya, pemuda Batak yang sangat menyayangi keluarganya. ”Dan saya juga berbicara langsung, memohon kepada Pak Presiden (Joko Widodo) agar kami orang kecil dan orang lemah, agar diperhatikan dan dibantu,” lanjutnya. Dia dan keluarganya datang langsung ke Jakarta untuk menuntut keadilan bagi Yosua.
Sejak Senin, Samuel, Rosita, dan keluarganya sudah berada di Ibu Kota. Kemarin mereka datang mengenakan kemeja senada. Kemeja berwarna putih dan merah dengan tulisan di bagian punggung Justice For Brigadir Yosua. Tak hanya Rosita, Roslin sebagai bibi Yosua juga sempat menitikan air mata saat memberikan kesaksian di hadapan majelis hakim. Selain untuk Bharada E, keluarga Yosua juga akan dimintai keterangan sebagai saksi untuk empat terdakwa lainnya. Termasuk Sambo dan Putri.
Kepada keluarga Yosua, Bharada E berulang menyampaikan permohonan maaf. Dalam sidang kemarin, tidak hanya bersimpuh di kaki orang tua Yosua, Bharada E juga memohon maaf kepada Reza dan Vera. Dalam sidang, dia menyatakan bahwa dirinya akan membela Yosua di kesempatan terakhirnya sebagai terdakwa. ”Karena saya pribadi, saya tidak mempercayai bahwa Bang Yos setega itu melakukan pelecehan. Saya tidak meyakini Bang Yos melakukan pelecehan,” tegasnya. Dalam dakwaan, disebutkan bahwa Bharada E menembak Yosua atas perintah Sambo. Dan dia tidak kuasa menolak perintah itu. (syn/oni/JWP)