Saat Ki Asman Budi Prayitno menceritakan mengenai sejarah wayang, pria kelahiran Purworejo Jawa Tengah, memulai karir perdalangan saat dia masih menginjak kelas 4 SD. Membuat wayang dari bahan-bahan kardus bekas. Berikut kisah warga Depok ini.
Laporan: Herdyan Anugrah
RADARDEPOK.COM, Berada di rumah berlantai dua itu, seperti sedang memasuki rumah adat Jawa yang kental. Saat memasuki ruang tengah menuju tangga, terdapat etalase yang dipenuhi ragam blankon Jawa. Beberapa patung wayang berdiri gagah menghadap pintu masuk.
Menuju ke lantai dua, terdengar alunan gamelan dan diiringi suara-suara anak yang sedang berlatih mendalang.
Waktu menunjukkan pukul 15:03. Azan Ashar berkumandang. Eyang yang sedang duduk dengan tegak bergegas berdiri dan menyuruh semua muridnya untuk berhenti latihan.
“Berhenti dulu anak-anak, silahkan Salat Ashar dahulu,” ujarnya seraya berdiri membenarkan kemeja hitam merahnya.
“Baik Eyang,” ucap salah satu muridnya.
Lalu Eyang jalan menuruni tangga dengan langkah perlahan sambil memegang pegangan tangga, menuju ke ruang tengah, dan membuat secangkir susu coklat hangat.
Mengisi waktu istirahat, Eyang berbincang mengenai sejarah perwayangan dan terbentuknya Sanggar Nirmala sari. Dalam perbincangan tersebut terdengar suara ramai anak-anak yang menuruni tangga.