Senin, 22 Desember 2025

Produksi Tempe Santri di Pesantren Sirrajussa'adah Depok (1) : Belajar Seminggu, Santri Paham Wirausaha

- Rabu, 28 Desember 2022 | 01:34 WIB
TEMPE SANTRI: Salah seorang pekerja, menunjukan hasil produksi tempe yang dibuat para santri Pesantren Sirrajussa'adah.
TEMPE SANTRI: Salah seorang pekerja, menunjukan hasil produksi tempe yang dibuat para santri Pesantren Sirrajussa'adah.

Semua berawal dari Covid-19. Seorang jamaah Pesantren Sirrajussa'adah, yang merupakan supir taksi online, asal Pekalongan, memproduksi tempe. Dia memberikan kepada pimpinan pesantren. Kemudian, dia tertarik dan menganjurkan kepada santri untuk belajar membuat dan memproduksi tempe.


Laporan : Herdyan Anugrah


RADARDEPOK.COM, Siang itu matahari rasanya seperti tepat berada di atas kepala. Beberapa orang sedang duduk di samping gedung bangunan Pesantren Sirrajussa'adah, Jalan H Midi II, Limo, Depok.


Di lahan yang cukup luas itu, terdapat tiga bangunan semi permanen beratap, dan berdinding seng. Bangunan itu digunakan untuk memproduksi tempe yang memperkerjakan para santri dalam proses pembuatannya.


Seorang santri sedang berdiri di dekat tungku panas berisikan kedelai yang sedang diolah, dibarengi dengan kepulan asap menjulang tinggi, saat tutup tungku dibuka.


Samsul Nur Hidaya berjalan dari bangunan yang dijadikan tempat memproduksi tempe. Dia santri sekaligus pekerja. Ia bercerita di ruangan musala, mengenai sejarah Pesantren Sirrajussa'adah memproduksi tempe yang dibuat para santrinya.


Awal mulanya para santri memproduksi tempe, atas arahan dari pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes), KH Abdul Rahman. Dia mempunyai seorang jamaah yang berprofesi sebagai supir taksi online, namun saat Covid-19 melanda, penghasilannya menurun. Dia menyiasati untuk membuat tempe, dan hasil produksinya dijual kepada KH Abdul Rahman.


"Saat jamaahnya memproduksi tempe, lalu dia kasih ke Kyai, beliau suka, dan merasa cocok sama hasil dari tempe yang dibuat sama jamaahnya. Lalu Kyai menganjurkan ke santri, termasuk saya, untuk belajar ke jamaah yang pertama kali membuat tempe itu," ujar Samsul.


Santri membutuhkan waktu satu minggu, untuk belajar secara intens memproduksi tempe, setelah itu mereka mulai belajar secara mandiri menggunakan alat-alat manual.


"Awal belajar alatnya manual, yaitu pakai tangan buat misahin kedelainya, namun seiring berjalannya waktu, Kyai akhirnya memutuskan untuk membeli mesin," ungkap dia.


Pimpinan Ponpes, bertujuan memperkerjakan santri untuk membuat produksi tempe yaitu, menciptakan santri yang tidak hanya mempunyai bekal agama, namun mempunyai bekal dalam berwirausaha dan mempunyai ilmu tentang perekonomian.


"Ketika santri terjun ke masyarakat, para santri sudah mampu menjadi jawaban, bukan hanya dari segi agama, namun dari segi perekonomian juga, karena sudah dibekali caranya berwirausaha di pesantren ini," tutur dia.


Di sela-sela obrolan, mengenai sejarah dan tujuan tempe satri ini, terlihat beberapa santri di luar musala, sedang bercengkrama dengan teman-temannya, suasana yang tadinya sepi pun, seketika menjadi ramai.


Obrolan pun berlanjut mengenai, nama dan cara pengemasan dari produk tempe yang dibuat para santri, Samsul mengatakan nama produknya tersebut adalah Tempe Santri, pihaknya juga membuat sendiri mengenai desain, dan juga melakukan kerja sama dengan pabrik plastik dalam proses pencetakannya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X