Warung makan gratis Sijum boleh dibilang menjadi berkah bagi si dia yang kelaparan, namun tidak memiliki uang. Awalnya saat Ustad Andre Raditya mendirikan, cuma bisa membagikan 40 porsi makanan kepada jamaah Salat Jumat. Kini, bisa berkembang pesat. Tidak cuma di Depok, melainkan tersebar di 183 kota di Indonesia.
Laporan : Putri Aisyah Fanaha
RADARDEPOK.COM, Di hari dengan cuaca mendung yang menghiasi langit sejak pagi, tak menyurutkan niat semangat para pahlawan ‘perut keroncong’ untuk tetap memberikan manfaatnya.
Langkah kaki menghampiri warung makan ini, demi menyantap hidangan dan menikmatinya. Para relawan dengan senyum hangatnya menyapa masyarakat yang datang, untuk dipersilahkan menikmati makanan yang sudah disiapkan.
Bangunan yang didominasi warna krem dan memiliki halaman cukup luas itu, terdapat beberapa kursi plastik berwarna merah dan meja yang terbuat dari kayu, guna menjadi alas makan dan salah satu tempat, untuk para relawan memasak dan menyediakan makanan.
Enam tahun sudah warung makan Sijum ini berjalan. Bermula dari seorang ustad yang tinggal di Klaten, yang dengan niatnya ingin bersedekah membagikan nasi bungkus kepada jamaah salat Jumat.
“Sijum itu Nasi Jumat. Dan ustad selalu bilang kalau Sijum ialah riyadhah pribadi kita. Jadi, ada atau tidak adanya donatur ya warung makan gratis ini harus tetap berjalan,” tutur Humairoh, relawan di Warung Makan Sijum.
Humairoh, perempuan muda ini biasa dipanggil Bunda Mira, berusia 34 tahun yang sudah menikah dan dikaruniai delapan anak ini, merupakan salah satu koordinator Warung Makan Gratis Sijum cabang pertama yang ada di Depok.
Sebagai koordinator bagian lapangan, perempuan ini selalu menangani orang-orang yang kelaparan di Kota Depok dari permasalahan birokrasi dengan rumah sakit, maupun masalah sekolah. Ini menjadi salah satu alasan dibukanya setiap hari Warung Makan Gratis Sijum, karena tidak memiliki banyak tenaga untuk selalu membagikan dijalanan.
“Kami tuh jangan melihat yang dijalan saja, tapi yang dirumah-rumah, kontrakan, kan bisa aja mereka lagi nahan lapar di dalam rumah. Ketika kita datang kasih makan aja mereka bahagianya luar biasa, apalagi lauknya ayam,” tuturnya dengan senyuman Bahagia.
Berawal dari perkumpulan ibu-ibu yang suka masak dan membagikan nasi di hari Jumat, merasa tidak cukup, kalau hanya berbagi di hari Jumat saja. Hingga akhirnya, ini merupakan program utama Sijum yang diadakan setiap hari Senin sampai Jumat, pukul 12.00 sampai habis.
Makanan yang dihidangkan setiap harinya selalu berbeda-beda lauk, dan hari Jumat merupakan hari keberkahan yang dimana hidangannya lebih istimewa, karena ada tambahan buah-buahan dan ayam. Perharinya bisa menghabisi 200 sampai 300 porsi.
Para relawan selalu berusaha, bagaimana caranya agar Warung Makan Gratis Sijum ini terus hidup. Keinginan perempuan itu bukan hanya hari ini, sehari atau dua hari saja, tapi ingin berkelanjutan tetap istiqomah dari awal hingga akhir.
“Kami juga harus mempersiapkan dana yang harus dipikirkan selama satu bulan kedepan dan sumber daya manusianya juga. Dan kita selalu bilang ke masyarakat kalau mau datang sudah bisa dari jam 12 siang sebelum kehabisan, biasanya yang dateng tapi kehabisan itu kita bungkusin makanan yang ada diwarung aja,” ucapnya. (Bersambung)