pendidikan

Salut, Sembilan Siswa SMA SLBN Depok Ujian Tulis

Selasa, 10 April 2018 | 11:40 WIB
SANI/RADAR DEPOK
JAWAB SOAL : Salah satu siswa kelas XII SLBN Kota Depok sedang mengikuti UNKP hari pertama, kemarin (9/4). DEPOK - Sama seperti layaknya SMAN, yang kini sedang menggelar Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK). Kemarin, di Komplek Permata Regency, Kecamatan Cipayung lokasi Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Kota Depok, juga mengetes sembilan anak didiknya. Bedanya, tiga siswa Ujian Nasional Berbasis Kertas Pensil (UNKP), dan enam siswa Ujian Sekolah (US). Ketua Panitia UN di SLBN Kota Depok, Arliana Meilani mengatakan, disekolahnya ada tiga siswa yang mengikuti Ujian Nasional (UN). Namun, pelaksanaannya masih UNKP, belum UNBK. “Sebenarnya ada sembilan siswa yang kelas 12, tapi yang enamnya lagi mengikuti Ujian Sekolah,” katanya kepada Harian Radar Depok, kemarin. Mei -panggilan akrabnya- mengatakan, meski para siswa memiliki keterbatasan, pihaknya tetap membiarkan siswa mengerjakan soal sendiri tanpa bantuan dari pihak guru-guru di sekolah. “Mereka kerjakan sendiri tanpa bantuan guru pendamping, karena sebelumnya sudah dilatih oleh guru kelasnya. Jadi, mereka cuma diawasi oleh pengawas silang yang ngawas disekolah,” lanjutnya. Mei menyebut, adapun siswa yang mengikuti ujian antara lain tiga siswa Tuna Rungu yang UNKP, tiga siswa Tuna Grahita sedang (C1) dan tiga siswa lagi Tuna Grahita ringan, mereka yang ujian sekolah (US). “Untuk yang UN, dapat soal dari negara, kalau ujian sekolah kami (guru) yang membuat soalnya,” lanjutnya. Dia menuturkan, siswa kategori Tuna Grahita memiliki kelemahan di IQ, sedangkan Tuna Rungu hanya bermasalah di bicara “makanya dia masuk kategori untuk UN,” tuturnya. Dikatakan Mei, di sekolahnya tersebut, ada dua kali ujian, yakni US pada tanggal 19 Maret kemarin, dan ujian kinerja yaitu uji keterampilan. Jadi enam siswa (grahita) itu menyetarakan istilahnya, walaupun mereka memiliki kelemahan IQ. Tapi harus punya perlakuan yang sama. Jadi tetap, ketika tuna rungu ujian sekolah yang seluruh mata pelajaran (mapel), untuk tuna grahitanya pending dulu tiga mapel yang diujikan yaitu Bahasa Indonesia, Matematika, dan Bahasa Inggris. “Baru saat UN ini kami keluarkan soal itu tapi sebutannya mereka US,” bebernya. Terkait bentuk soal, Mei menyebut bentuk soal untuk kategori Tuna Grahita yang Ujian Sekolah mengikuti Petunjuk Teknis (Juknis), dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat. “Tahun lalu dan tahun ini 10 soal pilihan ganda 5 soal essai. Semua guru yang bertugas membuat soal harus melihat dari kisi-kisi yang ditetapkan,” katanya. Sementara, untuk Tuna Rungu Ujian Sekolahnya berupa 35 soal pilihan ganda dan 5 soal essai, kecuali Bahasa Indonesia dan Seni Budaya dan Ketrampilan (SBK) yang hanya 30 Pilihan Ganda dan 5 Essai. “Tapi kalau saat UN khusus Bahasa Inggris dan Matematika 50 soal,” tangkasnya. Tahun ini, lanjut Mei, ada penambahan jumlah siswa dibandingkan dengan UN tahun lalu yang hanya dua siswa, dan US-nya ada satu orang. “Tahun ini terbanyak siswanya ada tiga UN, enam US,” bebernya. Mei mengungkap, sekolah belum menggunakan UNBK, karena siswanya masih kesulitan untuk mengikuti teknologi. Untuk antisipasi kesulitan saat pelaksanaan, sebelum dimulainya UN, pihak sekolah secara rutin melaksanakan latihan-latihan kepada siswa. “Kami berikan latihan soal UN tahun lalu dan tahun sebelumnya sama seperti anak umum biasanya. Mereka suruh baca, lalu tanya jawab juga. Ini khusus yang UN atau Tuna Rungu,” ungkapnya. Bentuk soal, kata Mei, tetap tulisan biasa seperti soal untuk siswa normal, namun kalau yang grahita soalnya lebih banyak gambar biar mereka bisa mengikuti. “Kalau yang UN (tuna rungu) kan mereka bisa baca namun tidak bisa bicara. Kalau grahita bisa bicara namun agak sulit membaca,” pungkasnya. Sementara saat dikonfirmasi, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat (Jabar), Dadang Ruhiyat mengatakan, sejauh ini tidak ada data yang masuk dari SMA negeri dan swasta yang peserta UN-nya, termasuk dalam kategori ABK. Karena, jika memang ada dirinya tentu harus berkoordinasi dengan Pemprov Jawa Barat, untuk memberikan soal yang sesuai dengan kebutuhan dari ABK tersebut. “Jika ada siswa yang termasuk ABK ingin ikut UN, tentunya harus ada persetujuan dari orang tua siswa. Jadi, ada kesepakatan antara pihak sekolah dengan orang tua tersebut,” ucapnya saat meninjau pelaksanaan UNBK di SMAN 8 Depok kepada Radar Depok. Dadang menjelaskan, hal ini tentunya tidak ingin memaksakan kepada anak tersebut, untuk menjadi peserta UN, karena tidak semua ABK bisa untuk mengerjakan soal UN, baik itu dengan berbasis komputer ataupun dengan menggunakan kertas pensil. Dadang menjelaskan, selama ini untuk pelaksanaan pendidikan ABK di SMA dan SMK negeri belum bisa diberlakukan, karena harus ada guru pendamping khusus. Sebelumnya memang bisa diberikan pembelajaran di SMA dan SMK negeri, tetapi sejak tahun 2015 bantuan dari Pemprov Jawa Barat untuk hal tersebut dihentikan. Jadi, saat memberikan pendidikan untuk ABK di SMA dan SMK negeri harus ada kesepakatan antara pihak sekolah dan orang tuanya. “Tetapi, bisa saja sewaktu awal masuk sekolah, siswa tersebut kemungkinan belum memiliki kemampuan untuk mengikuti UN, tetapi sesuai dengan perkembangan pendidikan selama tiga tahun, ternyata siswa tersebut mampu,” jelasnya. (cr3)

Tags

Terkini

LDKS jadi Fondasi Kepemimpinan Siswa SMKN 3 Depok

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:15 WIB

Perayaan Natal TK dan SD Kwitang 8 PSKD Penuh Sukacita

Senin, 15 Desember 2025 | 21:57 WIB