PENGABDIAN : Tim Pengabdian Masyarakat Fakultas Teknik Universitas Indonesia menghibahkan 11 unit toren biogas untuk olah sampah organik jadi biogas bagi masyarakat Banten. FOTO : UI FOR RADAR DEPOKRADARDEPOK.COM, DEPOK – Tim Pengabdian Masyarakat (Pengmas) Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) yang diketuai Dosen FTUI, Cindy Rianti Priadi menggelar program pemberdayaan masyarakat berupa pelatihan pengolahan sampah organik.
Pelatihan berlangsung selama 14 hari pada Desember 2019 yang ditujukan bagi masyarakat di Hunian Sementara (Huntara) di Bukit Pasir Malang dan Pondok Pesantren Darul Afkar, Pandeglang, Banten. Selain memberikan pelatihan, Tim Pengmas juga menyerahkan hibah berupa 11 unit Toren Biogas yang dapat mengolah sampah organik hingga 90 kg/hari dan menghasilkan biogas untuk memasak selama 30 – 60 menit/hari per unitnya.
“Awalnya, masyarakat mengeluh mengenai sampah yang tidak diangkut. Maka masyarakat kerap membuang sampah di Tebing dekat Huntara lalu kemudian menguburnya dalam tanah,” ungkap Ketua Pengmas Cindy.
Hal tersebut menyebabkan adanya sumber bau yang tidak sedap dan menjadi sumber penyakit. Berangkat dari keluhan tersebut, Tim Pengmas berupaya memberikan solusi yang berkesinambungan dan ramah lingkungan. Desa Sumberjaya, Pandeglang, Banten merupakan salah satu desa yang terkena dampak tsunami paling parah. Akibatnya, masyarakat harus mengungsi ke daerah yang lebih tinggi di Hunian Sementara (Huntara) di Bukit Pasir Malang.
“Selama ini, saya dan warga membuang sampah di tebing, biasanya saya buang sampah kalau tong sampah di Huntara udah pada penuh. Soalnya, daerah ini sampai sekarang masih belum diangkut sampahnya. Dulu pernah, tapi sekarang udah ga ada lagi,” tutur Koordinator Huntara, Jamal.
Warga mengaku, sangat tertolong dengan adanya hibah Toren Biogas dikarenakan permasalahan bau sampah dapat teratasi dan warga Huntara memiliki kemampuan tambahan di dalam mengelola sampah organik dengan baik dan mendapat hasil berupa biogas yang dapat digunakan untuk memasak dan juga pupuk cair untuk tanaman di lahan Huntara.
“Kami tidak perlu pakai Gas LPG lagi, jadi lebih hemat, tinggal masukkin sampah organik ke dalam alat ini terus jadi biogas. Terus juga ada pupuk, biasanya pupuknya saya pakai untuk nyiram tanaman di depan rumah, ada cabe rawit, hasilnya bagus, subur tanamannya,” pungkas Jamal. (rd)Jurnalis : Agung HR (IG : @agungimpresi)Editor : Pebri Mulya (IG : @pebrimulya)