pendidikan

BP2MI dan SMK Siapkan Caregiver ke Jepang

Jumat, 18 September 2020 | 14:37 WIB
Launching Pelatihan Calon tenaga Kerja Caregiver ke Jepang pada Rabu (15/09), melalui video conference. FOTO : ISTIMEWA   RADARDEPOK.COM - Direktorat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) tengah berupaya meningkatkan kebekerjaan lulusannya. Upaya yang dilakukan dengan menyiapkan tenaga Caregiver (Pendamping Lansia) untuk bekerja di Jepang. Program tersebut merupakan kolaborasi dengan Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), untuk menyiapkan lulusan SMK bekerja di Jepang dengan visa kerja Tukutegino/Spesified Skill Worker (SSW). Launching Pelatihan Calon tenaga Kerja Caregiver ke Jepang pada Rabu (15/09), melalui video conference dihadiri Direktorat SMK, BP2MI, SMK almamater calon tenaga kerja, dan para calon tenaga kerja Caregiver ke Jepang. Kegiatan tersebut di ikuti 10 SMK dari provinsi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, DI Yogyakarta. Untuk DKI Jakarta, akan menyiapkan 188 lulusan SMK yang akan bekerja di Jepang sebagai Caregiver. 10 SMK yang telah berkontribusi untuk penyiapan tenaga Caregiver, yakni SMKN 8 Semarang, SMKN 2 Malang, SMK Citra Medika Sragen, SMKN 28 Jakarta, SMK Annisa 3 Bogor, SMK Taruna Terpadu 1 Bogor, SMK Muhammadiyah 3 Metro, SMK Sari Farma Depok, SMK Kesehatan Citra Semesta Indonesia Kulonprogo, dan SMKS Plus NU Sidoarjo. Program pelatihan tenaga kerja menyiapkan alumni SMK lulusan tahun 2020 Pada Bidang Keahlian Kesehatan, bidang Bahasa dan budaya Jepang serta kompetensi Caregiver. Pelatihan tersebut melibatkan beberapa lembaga pelatihan, antara lain Koba Mirai Japan.  Peserta pelatihan akan mendapatkan 2 sertifikat sekaligus, yakni Sertifikat Bahasa Jepang setingkat N4 dan Sertifkat Kompetensi Teknis Caregiver/Careworker dari Prometric, keduanya merupakan syarat utama untuk bekerja di Jepang. Melalui pesan tertulis, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Wikan Sakarinto, S.T., M.Sc., Ph.D., mengatakan mempunyai pengalaman 3,5 tahun di Kobe Jepang. Kondisi Jepang serta beberapa negara lain yang mengalami situasi yang sama, misalnya Korea Selatan dan Taiwan, maka inilah peluang bagi para pejuang dan pahlawan devisa. “Tidak hanya dalam bidang Caregiver, namun sejumlah bidang pekerjaan lainnya, karena jumlah anak muda atau angkatan kerja mereka semakin berkurang yang terus bertambah justru populasi pensiunan,” ujar Wikan Sakarinto. Launching Pelatihan Calon tenaga Kerja Caregiver ke Jepang pada Rabu (15/09), melalui video conference. FOTO : ISTIMEWA   Wikan Sakarinto mengungkapkan, kondisi tersebut dapat menjadi peluang meraup devisa luar negeri melalui penciptaan tenaga kerja internasional yang terampil, kompeten, unggul dan berkarakter. Sementara itu, Direktur Sekolah Menengah Kejuruan, Dr Ir. M Bakrun, MM mengungkapkan, Program pelatihan tenaga kerja SMK ke Jepang disentuh melalui bantuan Retooling (Penguatan) SMK maupun Pusat Keunggulan/Center of Excellence. Prioritas program tersebut adalah Lulusan SMK Kesehatan (kompetensi Keahlian perawat Kesehatan, Keperawatan Sosial dan Pekerja Sosial/Social Worker) tahun 2020. Hal itu dikarenakan pada akhir pembelajaran terkendala pandemi Covid-19, sehingga baik pembelajaran maupun pengujiannya tidak dapat berjalan lancar. Para calon peserta pelatihan telah disiapkan oleh sekolah dalam kemampuan Bahasa Jepang setara N5. Kemampuan Bahasa tersebut, akan ditingkatkan untuk mencapai sertifikat dari Japan Foundation, untuk kemampuan Bahasa Jepang selevel JLPT N4 atau setara JFT Basic A2, dan memiliki sertifikat lulus Skill Exam Careworker dari Prometric yang akan ditempuhmelalui pelatihan selama 4 s.d. 6 bulan. Bakrun mengharapkan, pada masa mendatang siswa SMK dapat dijajaki minatnya untuk bekerja di dalam atau di luar negeri. Bila berminat keluar negeri maka akan disiapkan sejak kelas 11 (kelas II SMK) dengan penguatan Bahasa dan budaya Negara tujuan, agar langsung siap bekerja di luar negeri begitu lulus dari SMK. Deputi Penempatan dan Perlindungan Kawasan Amerika Dan Pasifik BP2MI, Drs.Dwianto, MSi menuturkan, seperti diketahui berbagai pihak, pandemi menyebabkan banyak PHK, namun tenaga Caregiver justru banyak dibutuhkan. Hal itu dikarenakan banyak lansia tidak dimungkinkan bepergian dan membutuhkan pedamping untuk aktivitasnya. Terlebih, lanjut Dwianto, Jepang sebagai negara yang berpenduduk mayoritas lansia, mempunyai kebutuhan sebanyak 60.000 selama 5 tahun dan demand tahun 2020 sebanyak 1.200. Untuk tenaga Caregiver melalui visa kerja/Tekutugino dengan penghasilan yang menggiurkan. “Para calon Tenaga kerja selalu menjaga kesehatan guna siap untuk diberangkatkan bekerja keluar negeri, serta menghindarkan keadaan sehat di dalam negeri tetapi gagal bekerja, karena mengalami sakit saat di luar negeri,” ucap Dwianto. Launching Pelatihan Calon tenaga Kerja Caregiver ke Jepang pada Rabu (15/09), melalui video conference. FOTO : ISTIMEWA   Baik Direktur SMK maupun Deputi Penempatan dan Perlindungan Kawasan Amerika Dan Pasifik BP2MI, telah sepakat untuk terus menigkatkan kolaborasi agar kebekerjaan lulusan SMK semakin meningkat. (rd/dic)   Jurnalis : Dicky Agung Prihanto Editor : Pebri Mulya

Tags

Terkini

LDKS jadi Fondasi Kepemimpinan Siswa SMKN 3 Depok

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:15 WIB

Perayaan Natal TK dan SD Kwitang 8 PSKD Penuh Sukacita

Senin, 15 Desember 2025 | 21:57 WIB