Senin, 22 Desember 2025

Dies Natalis FIB UI: Tangkal Intoleransi, Kembali ke Budaya Layari Keberagaman

- Selasa, 6 Desember 2022 | 09:23 WIB
DIES NATALIS: Perayaan Dies Natalis ke-83 FIB UI pada 2022, mengangkat tema “Kembali ke Budaya: Melayari Keberagaman, Merayakan Kebinekaan”. Puncak acara dies natalis diselenggarakan pada Senin (5/12) di Auditorium Gedung IX FIB UI, Kampus Depok. FOTO HUMAS UI FOR RADAR EPOK
DIES NATALIS: Perayaan Dies Natalis ke-83 FIB UI pada 2022, mengangkat tema “Kembali ke Budaya: Melayari Keberagaman, Merayakan Kebinekaan”. Puncak acara dies natalis diselenggarakan pada Senin (5/12) di Auditorium Gedung IX FIB UI, Kampus Depok. FOTO HUMAS UI FOR RADAR EPOK

RADARDEPOK.COM, DEPOK – Miniatur Indonesia bisa dilihat di Universitas Indonesia (UI) yang memiliki mahasiswa dari Sabang sampai Merauke, karena itu membangun pemahaman dan sikap toleransi serta menghargai perbedaan merupakan hal yang mutlak.

Untuk mendorong sikap adil dan nondiskriminatif di kalangan sivitas akademika, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) UI berusaha menjadi wadah akademik yang mengajarkan toleransi demi terciptanya harmonisasi sosial.

Isu toleransi ini diangkat sebagai tema perayaan Dies Natalis ke-83 FIB UI pada 2022, yakni “Kembali ke Budaya: Melayari Keberagaman, Merayakan Kebinekaan”. Puncak acara dies natalis diselenggarakan pada Senin (5/12) di Auditorium Gedung IX FIB UI, Kampus Depok, Jawa Barat.

Tema tersebut terinspirasi dari founding fathers bangsa Indonesia perintis tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan prinsip menjadikan perbedaan sebagai kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

-
DIES NATALIS: Perayaan Dies Natalis ke-83 FIB UI pada 2022, mengangkat tema “Kembali ke Budaya: Melayari Keberagaman, Merayakan Kebinekaan”. Puncak acara dies natalis diselenggarakan pada Senin (5/12) di Auditorium Gedung IX FIB UI, Kampus Depok. FOTO HUMAS UI FOR RADAR EPOK

Dari “Bhinneka Tunggal Ika”, kita dapat memaknai kearifan berbagai suku, etnik, dan agama yang bersatu sebagai suatu identitas. Konsepsi kebinekaan dibatasi pada ruang lingkup keberagaman yang bersifat kodrati, sebagai kesediaan untuk menerima kelompok lain tanpa memedulikan perbedaan budaya.

Dalam pidato pembukaan, Rektor UI, Prof. Ari Kuncoro mengatakan bahwa tema yang diusung dalam Dies FIB diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan fungsi dan peran budaya bagi Indonesia dalam kaitannya dengan eksistensi dan integritas bangsa.

“FIB UI berperan dalam meningkatkan inbound student mobility yang memberikan sumbangsih bagi overall university standing, sebagai upaya memperbaiki outlook internasional UI,” ungkapnya.

Sejumlah 109 mahasiswa FIB UI mengikuti program pertukaran pelajar dengan universitas mitra, program pertukaran pelajar Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA), Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), program short course, seminar, dan pelatihan di luar negeri, baik daring maupun luring. Sementara itu, 56 mahasiswa asing melakukan aktivitas inbound di FIB UI.

Selain mahasiswa, tahun ini tercatat 29 dosen dari berbagai universitas luar negeri yang melakukan aktivitas inbound di FIB UI. Sebanyak 50 dosen FIB UI melakukan aktivitas outbound, baik sebagai pemakalah, periset, maupun peserta seminar di luar negeri.

Menyambut pernyataan tersebut, Dekan FIB UI, Dr. Bondan Kanumoyoso menyampaikan, keberagaman semestinya dimaknai sebagai kekuatan untuk menjaga keutuhan NKRI dan dirayakan bersama untuk dapat hidup berdampingan dalam sebuah harmoni dan kedamaian bersama.

Hadir dalam kesempatan dies natalis tersebut adalah Direktur Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek RI, Hilmar Farid, Ph.D. yang menyampaikan orasi ilmiah tentang kebudayaan.

“Masyarakat Indonesia sangat beragam dan memiliki sejarah serta ekspresi budaya yang beragam pula. Artinya, masyarakat memiliki jalannya sendiri untuk berkembang. Keragaman perlu dilindungi karena pelindungan terhadap keragaman adalah syarat keberhasilan pembangunan,” tuturnya.

“Inilah yang kita maksud dengan kebudayaan sebagai metode. Kebudayaan bukan cuma kita ambil secara oportunistik, namun ditempatkan di hulu segala usaha, dan dari sanalah berbagai kepentingan disesuaikan dengan keragaman budaya yang ada. Dalam pendekatan kebudayaan sebagai metode, warisan budaya baik yang bersifat tangible maupun intangible dilihat sebagai sumber daya yang justru akan membantu usaha pembangunan sebagai plural project,” tambah Hilmar.

Sedangkan, Guru Besar FIB UI Prof. Dr. R. Cecep Eka Permana dalam orasi ilmiahnya, terkait kebudayaan secara internal menyebutkan, kembali ke budaya agar dapat melayari keberagaman.

“Mari kita ‘Kembali ke Budaya’ agar kita dapat ‘Melayari Keberagaman’ dalam ilmu pengetahuan dengan mengajak disiplin lain berkolaborasi memecahkan permasalahan budaya. Hasil kolaborasi yang dijalankan insyaallah akan dapat ‘Merayakan Kebinekaan’ dalam budaya Indonesia yang dikembangkan di FIB UI,” ucapnya. (**/gun)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

LDKS jadi Fondasi Kepemimpinan Siswa SMKN 3 Depok

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:15 WIB

Perayaan Natal TK dan SD Kwitang 8 PSKD Penuh Sukacita

Senin, 15 Desember 2025 | 21:57 WIB
X