BHINNEKA TUNGGAL IKA : Suasana saat acara di Pondok Pesantren Daarussalaam Jalan Banjaran Pucung Nomor 86, Kelurahan Cilangkap, Tapos. Foto: Ricky /Radar Depok
Tidak hanya mengajarkan ilmu agama, Pondok Pesantren Daarussalaam di Jalan Banjaran Pucung Nomor 86, Kelurahan Cilangkap, Tapos juga mengadakan program ceramah keagamaan penguatan kebangsaan.
Laporan : RICKY JULIANSYAH /Radar Depok
Sebuah spanduk yang menjadi background di atas panggung, bertuliskan tema acara, yakni 'Islam Agama Rahmatan Lil Alamien Sebagai Pemersatu Bangsa & Perekat Kebhinnekaan'.
Beberapa pejabat dari Pemkot Depok dan instansi vertikal mulai dari Kepala Kesbangpol Depok, Polresta Depok yang diwakili wakasat Binmas, Praktisi Akademisi dan Perwakilan Habaib Depok, serta Kasdim mewakili Kodim 0508/Kota Depok turut hadir dalam program pesantren tersebut.
Dalam kesempatan tersebut, seluruh pembicara mengajak seluruh masyarakat untuk mengembangkan hidup saling hormat menghormati antar pemeluk agama, menjunjung tinggi toleransi demi persatuan dan kesatuan bangsa.
Kasdim Depok, Mayor (Inf) Mistar yang hadir turut mengapresiasi langkah dan program dari Pondok Pesantren Daarussalaam. Menurutnya, segala kegiatan yg tujuannya memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa harus didukung.
Kata Kasdim, program-program seperti ini perlu terus dikembangkan, terlebih seluruh elemen masyarakat bisa saling silaturahim, saling menisi untu memperkuat keutuhan bangsa dan memupuk kebhinnekaan diantara masyarakat. "Sejauh ini TNI, senantiasa kerjasama dengan semua pihak, dengan polri, Pemkot , umat islam dan lainnya dalam menjaga kondusifitas wilayah," ucap Mistar.
Kepala Kesbangpol, Dadang Wihana mengatakan, paham komunis dan radikal lainnya yang berpotensi merongrong negara saat ini sedang merebak. Untuk itu, seluruh bangsa Indonesia harus memegang teguh 4 pilar kebangsaan, yaitu Pancasila, UUD45, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI. "Indonesia sedang dihadang proxy war, isu yang paling mudah dibakar di indonesia ini ada dua, yaitu isu agama dan komunis," kata Dadan.
Mencegah itu berkembang, harus menghentikan saling hujat dan mengedepankan kerjasama, gotongroyong dan toleransi. "Kami meminta agar masyarakat koperatif untuk melaporkan temuan yang bertentangan dengan norma-norma yang berlaku, misal di buku pelajaran yang isinya menyimpang, sahadat jadi berubah redaksinya dan contoh lainnya," ucap Dadang.
Dari Polresta Depok yang diwakili oleh Wakasat Binmas, AKP Rahmaningtyas, SH. membahas tentang peranan aparatur negara dan masyarakat dalam menjaga keharmonisan bangsa. "Polri sebagai katalisator untuk gugah saling toleransi antar pemeluk agama," tutur Rahmaningtyas, dari inti dari paparannya.
Sementara, Habib Ali bin Yunus jamalullail mewakili Habaib Depok yang juga alumni Ngabar Ponorogo memaparkan bahwa Islam dan ulama banyak berkiprah dalam memerdekakan Indonesia. "Islam sangat mengenal toleransi," tutur Habib. (*)