NYEBRANG: Aktifitas warga menyebrangi jembatan swadaya yang dibuat dengan sederhana di RW07, Kelurahan Curug, Kecamatan Bojongsari. Foto: Ade /Radar Depok.RADAR DEPOK.COM, BOJONGSARI – Sudah hampir sebulan lebih, jembatan gantung sederhana yang dibuat oleh warga secara swadaya melintang diatas aliran kali angke, RT02/07, Kelurahan Curug, Kecamatan Bojongsari. Jembatan yang terbuat oleh susunan pohon jati dan bambu tersebut terpaksa dibuat warga, mengingat jalan utama jalan tersebut putus akibat diterjang aliran Kali Angke.
Meskipun telah dapat dilalui, namun kecemasan masih melingkupi warga sekitar. Pasalnya, jembatan tersebut dibuat seadanya, karena minimnya anggaran. Sehingga, para warga berinisiatif untuk membuat tulisan, agar pengendara sepeda motor tidak berboncengan saat melintasi jembatan tersebut.
Ketua LPM Kelurahan Curug, Wardana mengatakan, jembatan tersebut memang dibuat warga secara swadaya, karena jalan utamanya yakni Jalan Makam II yang menghubungkan antara Kelurahan Curug, Bojongsari, Kota Depok dengan Desa Curug, Gunung Sindur, Kab. Bogor terputus akibat terjangan air kali.
“Putusnya jalan itu sudah lama, sejak tahun 2010 dan beberapa kali telah dilakukan perbaikan, namun selalu rusak karena terjangan air,” kata Wardana kepada Radar Depok, kemarin.
Menurut Wardana, harus ada kerjasama antar pihak terkait untuk solusi perbaikan jalan tersebut. Pasalnya, sudah berbagai cara dilakukan guna mengembalikan aliran kali agar kembali ke aliran utama dan memperbaiki jalan yang putus. Namun, tetap saja mengalami kegagalan dan jalan kembali terputus.
“Memang harus ada mediasi antara kedua kelurahan yakni Kelurahan Curug, Depok dan Kelurahan Curug, Bogor, kemudian Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BSWCC), PT. Graha Perdana Indah sebagai pemilik lahan, dan Dinas PUPR kedua wilayah yakni Kota Depok dan Kabupaten Bogor,” katanya.
Hal tersebut, lanjut Wardana merupakan rencana jangka panjang yang harus dilakukan, namun, dirinya telah merencanakan untuk membahas hal tersebut bersama seluruh Ketua RT dan RW se-Kelurahan Curug, Kecamatan Bojongsari dan turut mengundang Walikota Depok.
“Rencananya akhir bulan ini akan dibahas, mudah-mudahan saja terealisasi,” lanjutnya.
Pantauan Radar Depok, jembatan yang dibuat sebulan lalu ini masih kokoh berdiri meskipun masih tidak boleh dilewati dengan beban berlebih. Jalan menuju jembatan tersebut, telah dicor untuk memudahkan pengguna sepeda motor melintasi jembatan.
Ketua RW07, Zainudin mengatakan, jembatan sederhana yang dibuat dengan swadaya masyarakat tersebut dibuat pada tangga 14 Mei 2017, dengan bermodal uang hasil kecrekan masyarakat sekitar. Para warga bahu-membahu membangun jembatan baru pengganti jembatan lama yang putus diterjang aliran kali.
“Perkiraan jembatan ini tak bertahan lama, karena melihat kondisinya yang sangat sederhana namun ternyata jembatan ini bertahan selama sebulan, mudah-mudahan bisa terus bertahan sehingga warga tak bingung jika hendak berziarah,” katanya
Jalan tersebut menjadi jalan penghubung menuju Makam Poncol, dan tak hanya itu, jalan tersebut juga salah satu akses menuju Gunung Sindur Bogor, “Kalau tidak ada jembatan tersebut, masyarakat harus memutar melalui Parung dan memakan waktu kurang lebih sejam lebih lama,” lanjut Zainudin.
Zainudin bercerita, putusnya jembatan tersebut bermula pada tahun 2010. kala itu, aliran kali angke tiba-tiba menjebol turap dan memasuki persawahan dan empang warga.
“Sebelum tahun 2010 jembatan belum ada, karena ini dulu sawah dan satu-satunya jalan adalah jalan makam II,” katanya.
Namun, seiring jebolnya bendungan, persawahan warga terendam air dan jalan makam terbelah dua hingga terbentuk aliran baru Kali Angke. Berulang kali warga mengajukan agar dilakukan perbaikan, baru pada tahun 2012 dibuat bendungan untuk mengembalikan aliran kali.
“Tapi nggak sampai hitungan bulan, kali menjebol bendungan lagi dan kali kembali mengaliri wilayah ini, dan aliran kali utama sudah tidak berfungsi,” katanya.
Tak menyerah, warga kembali mengusulkan kembali ke Pemkot Depok, agar aliran Kali Angke kembali ke jalur aslinya, pada tahun 2013 dibangun kembali bendungan untuk mengembalikan aliran kali ke semula. “Tak berhasil juga, karena tahun 2014, jebol lagi,” lanjut Zainudin.
Setelah kejadian 2014 hingga kini, lanjut Zainudin, Pemkot Depok belum lagi memberikan bantuan terkait solusi penanganan aliran Kali Angke tersebut, “Akhirnya kami membuat jembatan swadaya, namun, jebol lagi,” katanya.
Zainudin mengatakan, sudah kurang lebih 5 kali warga berswadaya gotong royong membangun jembatan tersebut agar dapat dilalui, “Jebol terus, ini karena, terjangan air kalau hujan dan kiriman dari bogor terlalu besar,” katanya.
Kini aliran utama Kali Angke sudah tidak berfungsi, dan beralih ke aliran kali baru Kali Angke. Menurut Zainudin, hal tersebut juga menambah persoalan baru, karena semenjak adanya aliran baru, warga Villa Pamulang, Kelurahan Pondok Petir, Kecamatan Bojongsari kerap kebanjiran.
“Kalau dulu kan air bisa tersaring lewat pintu air dan masuk ke waduk masnyono, namun sekarang air langsung, jadi dampaknya banjir,” pungkas Zainudin. (ade)