BERKEMAS: Anjar sedang mengemasi dagangannya karena cuaca sudah mulai mendung. Foto : Indra/Radar Depok
Sistem Satu Arah (SSA) menuai komentar yang beragam dari warga Kota Depok. Ada yang setuju dengan SSA, ada juga yang menolak keberadaannya. Alasan mereka macam-macam, ada yang menikmati kelancaran arus lalulintas tersebut, ada juga yang meradang, lantaran perputaran ekonominya dalam berdaganga jadi menurun.
Laporan : Indra Abertnegto/Radar Depok
Minggu, (13/8) di sebuah terotoar di pinggir Jalan Nusantara Raya, mulai berjajar pedagang-pedagang bendera Indonesia. Tepat disamping mulut Jalan Wijaya Kusuma, terdapat seorang penjual bendera sedang termenung dibawah Pohon Ceri. Dia adalah Anjar safarudin. Pria yang sudah tujuh tahun berprofesi sebagai penjual bendera di Jalan Nusantara Raya ini, berkeluh kesah dengan omsetnya di tahun ini, yang turun. Dia mengaku, hal itu lantaran diberlakukannya SSA di Jalan Nusantara Raya.
“Tahun lalu saya bisa dapet omset sekitar Rp30 juta, sekarang turun lebih dari 50 persen,” ucap Anjar, Minggu (13/8).
Anjar menambahkan, semenjak di uji cobanya SSA, kendaraan yang melintas di depan lapak dagangannya selalu melaju dengan kencang. Sehingga, tidak sempat untuk melihat dagangan miliknya. Terlebih, di sekitar lapak jualanya adalah area gembok ban yang mengakibatkan calon pembeli yang menggunakan mobil, tidak berani menghentikan mobilnya di Jalan Nusantara.
Menurutnya, bukan hanya dia saja yang mengeluhkan pemberlakuan SSA. Banyak pemilik toko-toko lain di dekatnya yang tidak setuju diberlakukanya SSA di Jalan Nusantara Raya.
“Bagusan dibikin dua arah lagi aja deh. Soalnya karena jadi satu arah, yang lewat sini (Jalan Nusantara) jadi pada ngebut. Sudah banyak terjadi kecelakaan di sini semenjak diberlakukanya SSA. Saya rasa, para petugas Dishub yang jaga disini tau kejadian itu,“ lanjut Anjar.
Anjar juga mengungapkan, hari ini (kemarin) dirinya baru dapat menjual satu umbul –umbul dan satu bendera. Itu pun sejak dia buka lapak jam enam pagi sampai jam dua siang. Di tahun lalu dengan waktu selama itu, dia bisa menjual 5 umbul – umbul dan 12 bendera.
“ Saya liat perkembangan kedepan. Kalau SSA di permanenkan dan omset saya tetap menurun, saya mungkin akan pindah jualan ke wilayah yang lain,” tutup Anjar. (*)