satelit

Perang Lawan Belanda Hingga Jadi Ajudan Soekarno

Jumat, 25 Agustus 2017 | 10:43 WIB
BANGGA: Soeparman bK menunjukan foto keluarganya. Foto : Indra/Radar Depok

Bulan Agustus merupakan bulan bersejarah bagi masyarakat Indonesia, karena selalu diperingati Hari Kemerdekaan Negara Republik Indonesia. Kemerdekaan, tak lengkap rasanya bila tak mengenang jasa pahlawan yang talah gugur maupun yang masih hidup sampai saat ini. Salah satu pahlawan yang kini masih hidup di kawasan Kota Depok, yakni Soeparmin bK.

Laporan : Indra Abertnego/Radar Depok

Di RT04/12, Kelurahan Kemirimuka, Kecamatan Beji, tampak sebuah rumah yang berukukaran cukup besar dengan tembok berwarna perpaduan coklat dan putih. Seorang wanita sedang berada di teras rumah tersebut. Dia adalah Cristina Sri Rahayu yang merupakan istri dari pemilik rumah tersebut.

Tidak lama berselang, dari dalam rumah keluar seorang laki-laki yang tampaknya sudah tidak muda lagi, tetapi postur badannya masih bisa dibilang gagah. Laki-laki yang mengenakan kaus putih tersebut, adalah Soeparmin bK.

Soeparmin yang sudah menginjak usia 85 tahun menceritakan tentang sejarah dirinya sewaktu ikut ikut berjuang meraih kemerdekaan. Kala itu, dirinya ikut tergabung dalam Kesatuan Pusat Pemerintahan Militer (P3M), yang Dipimpin oleh Subur Suwahyo di Kartosuro, Solo, Jawa Tengah.

“Karena tuntutan perjuangan, saya sudah ikut memanggul senjata pada tahun 1948 di era perang kemerdekaan ke-2 melawan Belanda “ ucap Soeparmin.

Selama perang melawan Belanda, dia ditugaskan di pusat Kota Kartosuro, sedangkan sebagian temanya bergrilya di luar Kota Kartosuro, maupun di dalam hutan. “Tugas saya merampas peralatan tentara Belanda, mulai dari pakaian sampai senjata,“ jelasnya.

Selain mengamankan kota, Soeparmin juga bertindak sebagai mata-mata yang menyampaikan informasi ke rekannya yang sedang bergrilya di hutan. “Harus hati – hati, soalnya kalau ketahuan Belanda bisa ditangkep atau  dibunuh,” katanya.

Dia melanjutkan, setelah perang melawan Belanda berakhir pada tahun 1949, semua pasukan yang bergerilya di dalam hutan maupun di luar kota, kembali ke Kota Kertosuro. Saat itu, Soeparman yang awalnya bertugas menjadi Polisi Militer, ditarik ke Kepolisian Republik Indonesia (Polri). “Saya waktu itu tidak mau jadi polisi, jadi saya putusin melanjutkan sekolah ke SMPN 2 Solo, sekolah favorit di sana,” lanjut Soeparman.

Pada tahun 1951, Soeparman memutuskan masuk ke Kepolisian Republik Indonesia. “Dari seluruh siswa polisi di kabupaten Sukoharjo, saya berhasil menjadi satu-satunya yang lolos menjadi polisi “ ucapnya seraya tersenyum.

Setelah resmi menjadi anggota Polri, karirnya terus menanjak, Soeparman pernah menjadi anggota Brimob Polri angkatan pertama , kala itu namanya Mobile Brigade Polisi Besar, dan yang paling berkesan di hidupnya, dia pernah menjadi ajudan Presiden Pertama Republik Indonesia, Soekarno. Selama bertugas menjadi ajudan Soekarno, Soeparman berkali kali menjadi tameng hidup untuk Soekarno, karena pada waktu itu banyak yang ingin membunuh Bapak Proklamator tersebut.

“ Teman saya di TjackraBirawa ( Cakrabirawa – red)  pernah ada yang ketembak di dadanya waktu ada yang mau nembak pak Karno” kenangnya.

Setelah itu dia ditunjuk menjadi pengawal anak – anak Soekarno, diantaranya  Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri, dan Guruh Soekarnoputra. “Yang paling rewel itu dulu Guruh Soekarnoputra, karena sewaktu anak– anak, senengnya jalan-jalan terus” kenangnya. (*)

Tags

Terkini