satelit

Cerita Tirta Berpuasa di Tanah Beijing, Tiongkok (1) Bertukar Takjil dari Negara Lain

Rabu, 30 Mei 2018 | 10:40 WIB
IMMAWAN/RADAR DEPOK
AKRAB: Tirta Anhari saat berada di depan University of Chemical Technology, Beijing, Tiongkok (Cina).

Semua umat Islam sekarang ini sedang menjalani ibadah puasa di Bulan Ramadan. Menjalankan ibadah puasa di negara mayoritas Islam tentunya akan mendapatkan suasana yang mendukung, tetapi bagaimana mereka yang menjalankan ibadah puasa di negara yang umat muslimnya minoritas. Berikut cerita dari Tirta Anhari, yang tinggal di Jalan Rivaria Dalam V, Kelurahan Bedahan, Kecamatan Sawangan yang sedang menempuh studi S2 di Jurusan Komputer Sains & Teknologi, University of Chemical Technology, Beijing, Tiongkok (Cina).

Laporan : IMMAWAN ZULKARNAIN

Sudah 3 tahun Tirta menjalani ibadah puasa di Kota Beijing, Cina. Beijing adalah kota yang majemuk nan kaya akan keragaman budaya serta peninggalan bersejarah. Ditengah kemajemukan yang dimiliki masyarakat Beijing, Tirta juga tinggal di lingkungan asrama mahasiswa internasional yang berisi banyak mahasiswa dengan latar belakang negara, bahasa, budaya dan agama yang berbeda. Terlebih, mengingat masyarakat setempat yang kurang memiliki kecenderungan dalam memeluk ajaran keagamaan tertentu. Selain tidak bisa merasakan nuansa Ramadan yang semarak seperti di tanah air, Tirta mengakui, keberagaman ini cukup menjadi tantangan dalam menjalankan ibadah puasa. Namun ternyata, keberagaman ini justru menyimpan kisah luar biasa, yang mestinya, diterapkan dalam kehidupan masyarakat dimanapun. Yakni, mengenai solidaritas dan tenggang rasa. Tirta mengenang, solidaritas dan hangatnya ikatan saudara se-agama amat terasa ketika sesama mahasiswa muslim masak bersama-sama untuk menyiapkan panganan sahur dan bebuka. “Kita bisa saling bertukar makanan takjil, dan bertukar cita rasa dari berbagai negara, bahkan belahan dunia yang lain,” seru Tirta. Kemudian, tenggang rasa juga kuat terjalin di antara mahasiswa yang menganut agama berbeda. Suatu pagi, kata Tirta, ada orang korea bertanya,”Kenapa kamu puasa?” katanya. Saya pun menjawab, “Karena ini perintah tuhan saya”. Lalu mereka bertanya lagi,"apa bisa bertahan dari pagi sampai matahari terbenam?". Saya jawab "bisa". Lalu, mereka menjawab "Kalau gitu saya mau coba besok, eh jangan deh ga makan saja, minum sepertinya saya ga kuat,” katanya. Kami pun tertawa bersama. Kemudian, setelah 3 tahun, lanjut Tirta, teman-temannya dari Cina sudah mengerti kenapa Ia berpuasa. Karena itu, biasanya, teman-temannya sering menawari makanan di luar Bulan Ramadan. Tapi ketika Bulan Ramadan, mereka tidak menawari lagi, dan bilang, “maaf ya saya minum,” kata Tirta sambil tersenyum.(*)

Tags

Terkini