Senin, 22 Desember 2025

Kisah Badut Jalanan di Kota Depok : Buat Sang Ibu, Sampai Larut Malam

- Rabu, 17 Maret 2021 | 20:46 WIB

Kasih ibu sepanjang masa. Tidak bisa digantikan oleh apapun. Rasa itu yang begitu tertanam di benak dua bocah kakak beradik, Aldi dan Arlan. Lebih-lebih saat ayah mereka sudah tiada. Dipanggil Sang Khalik duluan. Mereka jadi makin sayang ibunya. Turun ke jalan. Berpeluh debu, bermandi matahari, demi rupiah terkumpul.

====================================================

RADARDEPOK.COM, Aldi dan Arlan duduk bersila di pelataran sebuah mini market, sekitaran Grand Depok City. Menikmati angin siang, yang tidak sejuk sebetulnya, cuma cukuplah mengusir suhu tubuh yang memanas.

Aldi mengenakan kostum karakter Doraemon yang cukup tebal. Tentu, bisa dibayangkan panas yang dirasakannya. Tubuhnya ia senderkan ke pilar minimarket. Lalu lalang orang, tak terlalu ia hiraukan. Arlan duduk di sebelahnya. Tidak banyak bicara.

Sedari pagi, keduanya sudah menyusiri jalan. Masih lingkup Cilodong. Lenggak lenggok menghibur orang, demi kerelaan memberi uang. Hal yang tidak biasa bagi anak seusianya. Jika teman sebaya berkutat dengan gim daring, mereka harus berhati-hati di jalan. Meleng sedikit, terserempet mobil atau motor.

Lumayan hasil dari pagi sampai siang ini. Bisa tambah-tambah buat ibu,” ujar Aldi.

Menjadi manusia badut merupakan keputusan realistis yang bisa diambil. Apalagi di zaman pandemi seperti saat ini. Yang penting halal, apapun dikerjakan. Lelah bukan soal, asal ibunda di rumah bisa terbantu.

Mereka bangun sejak pagi buta. Setelah beres bantu-bantu di rumah, barulah mereka beraksi. Sebelum itu, sewa kostum dahulu. Rp50 ribu/ hari. Sudah legkap kostum dan kepalanya. “Ayah sudah meninggal akibat kecelakaan, sewaktu kami kecil. Jadi ibu sendirian merawat,” tambahnya.

Seluruh penghasilan diberikan buat ibunya. Tidak berani dipakai untuk jajan. Kalau lapar harus tahan. Pernah saking laparnya, cuma beli dua gorengan untuk ganjal perut.

Seluruh penghasilan diberikan buat ibu. Ibu kerja sebagai buruh cuci. Seringkali, kami sampai larut malam,” timpal Arlan. Tidak pernah ada rasa sesal buat mereka. Semua demi ibu. Karena cuma itu yang mereka punya saat ini. (rd/mg6)

Editor : Junior Williandro

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X