Senin, 22 Desember 2025

Mengenal Siti Khairunisa, ABK Sahabat Bhabinkamtibmas Abadijaya Depok : Sebulan Sekali Kontrol, Berkreasi Lewat Kardus

- Kamis, 10 November 2022 | 21:39 WIB
SEMANGAT : Siti Khairunisa, menggunakan sepeda yang diberikan Aiptu Tusmono untuk sekolah dan berjualan. WILDAAPRIYANI/RADARDEPOK
SEMANGAT : Siti Khairunisa, menggunakan sepeda yang diberikan Aiptu Tusmono untuk sekolah dan berjualan. WILDAAPRIYANI/RADARDEPOK

RADARDEPOK.COM-Setiap anak memiliki potensi berbeda-beda, termasuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Anak dengan keterbatasan fisik, psikis atau kemampuan otak yang berbeda, sejatinya memiliki potensi meski cara mengatasinya memerlukan cara yang tak biasa.

Laporan : Wilda Apriyani

Matahari mulai tersenyum terang di pagi hari. Di bawah langit yang cerah, terlihat seorang anak perempuan yang sedang berjalan menuju sekolah dengan raut wajah sedih. Langkah demi langkah telah dilewati dengan rasa cemas dan gelisah, karena memikirkan sepedanya yang hilang.

Tanpa sengaja, ia berpapasan dengan bapak polisi yang sedang bertugas di Jalan Simpang Proklamasi. Perempuan mengenakan kaos olahraga tersebut, langsung menyampaikan keluhannya.

"Bapak polisi sepeda aku ilang, tolong cariin sepeda aku," ungkapnya kepada Bhabinkamtibmas itu.

Sontak Bhabinkamtibmas merasa terkejut. Polisi tersebut bernama Tusmono, dengan pangkat Aiptu langsung menjawab permintaan anak perempuan itu. "Hilang dimana, yasudah mana nomor telponnya, biar nanti saya carikan," ujarnya.

Aiptu Tusmono langsung mengantarkan anak perempuan tersebut ke sekolah yang berada di jalan Keruing III, SLB Insan Mandiri.

Anak perempuan itu bernama Siti Khairunisa, kerap dipanggil Ica (20). Ica selalu menghubungi Aiptu Tusmono, agar segera menemukan sepedanya.

Sebelumnya, Ica sudah diingatkan orang tuanya agar tidak menggunakan sepeda ke sekolah. Setelah mendapat kabar dari adik Ica, bapaknya merasa khawatir.

Bapak Hadi (66) menceritakan, Ica menderita penyakit Epilepsi, sejak kelas 3 SD. Dugaannya, Ica jatuh dari kamar mandi, karena saat pulang kerumah selalu dalam keadaan blepotan.

Setelah kejadian itu, Ica berhenti sekolah. Karena sudah tidak bisa menangkap materi yang diberikan guru. Keputusan tersebut memang menjadi pilihan, melihat kondisi keuangan keluarga yang masih banyak pengeluaran.

Ica berinisiatif untuk membantu ekonomi keluarga dengan berjualan. Dengan keahlian masaknya, ia menjual hasil masakannya dengan berkeliling menggunakan sepeda.

Saat itu, ia masih merasakan hangatnya pelukan seorang ibu. Kini, ia tinggal dengan bapak dan adik-adiknya, di sebuah rumah hasil dari warisan yang dibagi dua dengan adik bapaknya.

Kekhawatiran bapaknya akan Ica yang sering kambuh jika kecapean, membuat ia dilarang untuk berjualan dan menggunakan sepeda. "Ica kalo kecapean suka kambuh, berteriak yang ada di hadapannya," jelasnya.

Ica rutin sebulan sekali kontrol ke RSUD. Dengan harapan, adanya perubahan akan kesehatan sang anak. "Saya berharap Ica ada perubahan menjadi lebih baik,"ujarnya.

Tak patah semangat, Ica tetap menjalani hidupnya dengan membuat mainan yang berbahan kardus bekas. Ia mampu membuat rumah-rumahan, mobil-mobilan dari bahan tersebut.

Sementara itu, Aiptu Tusmono menggantikan sepedanya yang hilang dengan sepeda yang masih layak pakai. Sepeda lipat berwarna broken white langsung diantarkan kerumahnya.

Ica merasa senang, ia langsung mengelilingi lingkungan rumah. Tak lupa ia mengucapkan terima kasih kepada Aiptu Tusmono yang sudah memberikan sepeda.

"Terima kasih pak polisi, udah dikasih sepeda yang baru, aku jadi bisa sekolah lagi, bisa dagang," ujarnya.

Aiptu Tusmono berpesan, agar sepeda tersebut dapat dirawat, dijaga dengan baik dan dapat digunakan untuk keperluan baik untuk sekolah, berjualan, maupun keperluan lainnya. (*)

Jurnalis : Wilda Apriyani

Editor : Arnet Kelmanutu

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X