ILUSTRASI : Gedung Sate di Kota Bandung.
BANDUNG - Kawasan kumuh seluas 717 hektare tersebar luas di sejumlah titik di Kota Bandung, Jawa Barat. Hal tersebut, disebabkan adanya urbanisas, sehingga ibu kota Jawa Barat tersebut menyandang kota kumuh terbesar.
Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana mengakui masih adanya kawasan kumuh di Kota Bandung. Salah satu penyebabnya, sebut dia, geliat ekonomi yang menjadikan Kota Bandung sebagai tujuan urbanisasi.
“Masalah urbanisasi ini menjadi faktor yang mengakibatkan Bandung menjadi kumuh. Karena kita ketahui, laju pertumbuhan ekonomi Bandung tinggi, sekitar 7,2 persen, dibanding provinsi saja 5,35 persen dan nasional hanya 5,02 persen,” kata Yana di Balaikota, kemarin.
Namun, lanjut dia, tingginya angka urbanisasi ke Kota Bandung memberi dampak buruk terhadap kondisi lingkungan. Misalnya saja semakin padatnya kawasan permukiman penduduk. “Tapi dengan banyaknya kaum urban, banyak menambah permukiman yang enggak layak,” katanya.
Sementara itu, Sekretaris Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman, Pertanahan dan Pertamanan (DPKP3) Kota Bandung Agus Hidayat menjelaskan, ada beberapa indikator yang menjadikan sebuah kawasan dinyatakan kumuh. Indikator tersebut di antaranya drainase, sanitasi, jalan lingkungan, dan penyediaan air minum.
Berdasarkan data yang ada, kata dia, pada 2015 luasan kawasan kumuh lebih dari 1.000 hektare. Namun jumlah itu menurun dan kini tinggal tersisa 717 hektare kawasan kumuh.
“Sampai saat ini 717 hektare kawasan kumuh. Sisanya akan digempur dibereskan melalui proyek Kotaku (Kota Tanpa Kumuh),” katanya.
Pemerintah Kota Bandung menargetkan bisa terbebas dari kawasan kumuh di akhir 2019. Terlebih lagi penataan kawasan kumuh di dukung oleh Kementrian PUPR melalui program Kotaku (Kota Tanpa Kumuh).
Angka kawasan kumuh di Kota Bandung pun turun cukup drastis. Tahun 2015 kawasan kumuh mencapai 1,455,46 ha. Terakhir 2018, tersisa 717,086 ha.
“Pemerintah pusat melalui Kementerian PUPR memberikan anggaran sebesar Rp 123,5 miliar khusus untuk penataan kawasan kumuh. Sedangkan dari APBD kita ada Rp 40 miliar,” terangnya.
“Selain dari proyek Kotaku, dari anggaran APBD kita akan membangun prasarana air bersih di kawasan yang belum memiliki air bersih dan membangun septic tank agar masyarakat tidak membuang di mana saja,” pungkasnya. (pojoksatu/rd)
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.
Terkini
Senin, 22 Desember 2025 | 07:00 WIB
Senin, 22 Desember 2025 | 06:30 WIB
Minggu, 21 Desember 2025 | 20:27 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 13:41 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 07:00 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 06:30 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 06:00 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 18:26 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 18:06 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 07:30 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 07:00 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 06:30 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 06:00 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 22:41 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 15:10 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 08:30 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 08:00 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 07:30 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 07:00 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 06:30 WIB