Senin, 22 Desember 2025

Bikin Instalasi Maggot! RW di Kelurahan Cilangkap Depok Bakal Alokasikan Rp160 Juta Untuk Tuntaskan Sampah

- Jumat, 31 Januari 2025 | 10:00 WIB
Foto bersama saat kegiatan musrenbang Kelurahan Cilangkap, Kecamatan Tapos, Kota Depok, di Aula Kelurahan Cilangkap, Kamis (30/1). (AGNESYA WIANDA/RADAR DEPOK)
Foto bersama saat kegiatan musrenbang Kelurahan Cilangkap, Kecamatan Tapos, Kota Depok, di Aula Kelurahan Cilangkap, Kamis (30/1). (AGNESYA WIANDA/RADAR DEPOK)

RADARDEPOK.COM-Pembangunan Fisik dan pemberdayaan masyarakat masih menjadi primadona di usulan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) untuk pembangunan diTahun 2026 Kelurahan Cilangkap, Kecamatan Tapos, Kota Depok, Kamis (30/1).

Merujuk pada visi dan misi Walikota Depok terpilih, yaitu Dengan Musrenbang Kita Wujudkan ‘Penguatan Trilogi Fondasi Transformasi yaitu transformasi Sosial, Ekonomi dan Tata kelola yang Inklusif untuk mempertajam arah kota peradaban yang Maju, Sejahtera dan berkelanjutan’.

Lurah Cilangkap, Teguh Santoso menjelaskan, tujuan dasar dari musrenbang kelurahan untuk mendorong peran dan partisipasi masyarakat dalam merumuskan, membahas, mengambil keputusan, dan menyepakati program dan kegiatan yang menjadi prioritas rencana pembangunan.

“Berdasarkan usulan dari hasil rembuk RW para ketua RW se kelurahan Cilangkap sebanyak 22 RW. Yang sepuluh hari sebelumnya sudah saya berikan materi kepada LPM agar mereka bisa membimbing Ketua RW untuk memberikan usulan-usulan terbaiknya,” jelas Teguh Santoso kepada Radar Depok, Kamis (30/1).

Baca Juga: Perayaan Imlek 2025 di Vihara Gayatri Depok, Lurah Cilangkap Minta Warganya Perkuat Toleransi

Teguh Satntoso mengatakan, selain usulan mandatori atau wajib, usulan pembangunan fisik dan pemberdayaan masyarakat selalu menjadi tema utama dalam perencanaan pembangunan di wilayahnya.

"Tentunya wisata keberagaman sama posyandu itu sudah pasti menjadi mandatory. Pembangunan tetap menjadi primadona dalam usulan Musrenbang. Selain itu, pemberdayaan masyarakat juga menjadi permintaan utama dari warga,” kata Teguh Santoso.

Adapula usulan terkait penanganan sampah, Teguh Santoso menuturkan, pihaknya telah mengundang narasumber dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) untuk membahas solusi pengelolaan sampah organik maupun non organik.

“Kalau menyiapkan investasinya cukup mahal. Mangkannya dengan dana Rp 300 juta ini bisa dibelanjakan Rp160 juta untuk instalasi magot dalam satu RW penyelesaiannya. Kemudian penanganan sampah plastik nanti dengan biosolar atau dengan mesin pencacah. Jadi sampah organik dan sampah plastik dapat diselesaikan di tingkat RW,” jelas Taguh Santoso.

Baca Juga: Pelaksanaan Program MBG di SDN Cilangkap 3 Depok: Berjalan Lancar, 724 Peserta Didik Lahap Makan Beragam Lauk

Teguh Santoso berharap, teknologi magot dapat membantu mengelola sampah organik dan non-organik dengan lebih efisien, mengurangi volume sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipayung.

“Kami berharap dengan solusi ini, sampah di tingkat RW dapat dikelola dengan lebih baik dan membantu mengurangi beban di TPA,” tandas Teguh Santoso. ***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X