RADARDEPOK.COM-Pembangunan Fisik dan pemberdayaan masyarakat masih menjadi primadona di usulan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) untuk pembangunan diTahun 2026 Kelurahan Cilangkap, Kecamatan Tapos, Kota Depok, Kamis (30/1).
Merujuk pada visi dan misi Walikota Depok terpilih, yaitu Dengan Musrenbang Kita Wujudkan ‘Penguatan Trilogi Fondasi Transformasi yaitu transformasi Sosial, Ekonomi dan Tata kelola yang Inklusif untuk mempertajam arah kota peradaban yang Maju, Sejahtera dan berkelanjutan’.
Lurah Cilangkap, Teguh Santoso menjelaskan, tujuan dasar dari musrenbang kelurahan untuk mendorong peran dan partisipasi masyarakat dalam merumuskan, membahas, mengambil keputusan, dan menyepakati program dan kegiatan yang menjadi prioritas rencana pembangunan.
“Berdasarkan usulan dari hasil rembuk RW para ketua RW se kelurahan Cilangkap sebanyak 22 RW. Yang sepuluh hari sebelumnya sudah saya berikan materi kepada LPM agar mereka bisa membimbing Ketua RW untuk memberikan usulan-usulan terbaiknya,” jelas Teguh Santoso kepada Radar Depok, Kamis (30/1).
Baca Juga: Perayaan Imlek 2025 di Vihara Gayatri Depok, Lurah Cilangkap Minta Warganya Perkuat Toleransi
Teguh Satntoso mengatakan, selain usulan mandatori atau wajib, usulan pembangunan fisik dan pemberdayaan masyarakat selalu menjadi tema utama dalam perencanaan pembangunan di wilayahnya.
"Tentunya wisata keberagaman sama posyandu itu sudah pasti menjadi mandatory. Pembangunan tetap menjadi primadona dalam usulan Musrenbang. Selain itu, pemberdayaan masyarakat juga menjadi permintaan utama dari warga,” kata Teguh Santoso.
Adapula usulan terkait penanganan sampah, Teguh Santoso menuturkan, pihaknya telah mengundang narasumber dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) untuk membahas solusi pengelolaan sampah organik maupun non organik.
“Kalau menyiapkan investasinya cukup mahal. Mangkannya dengan dana Rp 300 juta ini bisa dibelanjakan Rp160 juta untuk instalasi magot dalam satu RW penyelesaiannya. Kemudian penanganan sampah plastik nanti dengan biosolar atau dengan mesin pencacah. Jadi sampah organik dan sampah plastik dapat diselesaikan di tingkat RW,” jelas Taguh Santoso.
Teguh Santoso berharap, teknologi magot dapat membantu mengelola sampah organik dan non-organik dengan lebih efisien, mengurangi volume sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipayung.
“Kami berharap dengan solusi ini, sampah di tingkat RW dapat dikelola dengan lebih baik dan membantu mengurangi beban di TPA,” tandas Teguh Santoso. ***
Artikel Terkait
Meksi Belum Dianggarkan, Disrumkim Depok Pastikan Relokasi Puskesmas Cilangkap Tahun Ini
Mengintip Peresmian Posyandu Melati 12 Cilangkap Depok : Fasilitas Kesehatan Baru, Warga dan Pemkot Patungan
Lubang di Cilangkap Depok Delapan Bulan Dibiarkan Menganga, Ternyata Ini Penyebabnya
4.350 Warga Cilangkap Depok Idap Hipertensi, Berikut Daftar 10 Penyakit Dengan Pasien Terbanyak
Kelurahan Cilangkap Depok Siapkan 36 Menu Pra Musrenbang, Berikut Rinciannya