RADARDEPOK.COM-Camat Tapos, Abdul Mutolib melaksanakan Ibadah Haji mengabdikan diri menjadi Petugas Haji Daerah (PHD) Kota Depok. Dia menjalani puncak Haji, bermalam di Mina kota tenda, tempat mustajabnya doa.
Laporan: Agnesya Wianda
Ahad pagi 10 Zulhijjah 1445 Hijriyah jamaah haji tiba di tenda-tenda yang tersedia di Mina yang tidak lebih besar dari tenda Arafah. Dalam kondisi lelah dan diterpa rasa ngantuk, jamaah ingin segera memasuki tenda tersebut.
Alhasil, seluruh jamaah ingin lebih dulu masuk dan mendapat posisi yang diharapkan. Jamaah tidak dapat memilih tempat yang mereka inginkan sendiri, jika itu dibiarkan, pasti menuai reaksi tidak mengenakkan. Mina memberi ujian kepada seluruh jamaah, bagaimana mereka harus bersabar menghadapi tenda Mina yang spacenya sempit dan sesak.
Mina memerlukan ketaatan yang tulus ketika seluruh jamaah memasuki tenda- tenda mina dengan hati yang lapang penuh kepasrahan, dan kesadaraan bahwa tenda Mina adalah tempat menginap bersama.
Baca Juga: Keren! Perisai Depok Gelar Pra Raker, Pastikan Kader Siap Hadapi Era Globalisasi
Saling memberi tempat serta saling melonggarkan di tempat yang sempit. Andai saja ada perasaan yang tidak mampu dikendalikan maka belum masuk saja, jamaah ingin cari tempat lain atau mungkin kembali ke hotel.
“Tiga hari tiga malam menjadi waktu yang lama dengan situasi dan kondisi yang ada, tapi dengan kebersamaan, sikap pasrah berbalut penuh rasa persaudaraan menjadi sebuah momen yang nikmat sehingga waktu pun cepat berlalu,” ujar Abdul Mutolib kepada Radar Depok, Minggu (23/6).
12 Zulhijjah jamaah sudah harus meninggalkan tenda-tenda yang banyak memberi pengajaran penuh makna, bahwa kehadiran jamaah di tenda-tenda Mina selama 3-4 hari bertujuan untuk memulihkan stamina yang prima. Selama itu ada manasik haji yang wajib ditunaikan yakni melontar di jamarat
“Tetapi sesungguhnya tidak hanya sekedar memulihkan tenaga untuk melontar, semestinya dimanfaatkan pula untuk merenung, berzikir, berselawat atau membaca Alquran dalam ruang sempit dan berjubel,” ungkap Abdul Mutolib.
Memang agak sulit, sehingga seperti tak sempat. Akan tetapi jamaah yang mengerti dan memahami pentingnya Mina bagi perjalan haji tak menyia-nyiakan keadaan tersebut.
“Mina adalah salah satu tempat mustajab, tempat terbaik kita melakukan curhat kepadaNya,” ujar Abdul Mutolib.
Mina mengajarkan, bahwa kepasrahan dalam ketaatan menjadi kunci ketenangan, membangun kebersamaan menjadi pintu kemudahaan, menciptakan persaudaraan menjadi wasilah kekuatan dan sikap saling menolong membuat jalan kemudahan.
“Selamat tinggal Mina, semoga kami mendapat pelajaran yang bermakna selama menginap di tenda-tendamu. Kami tak mungkin saban tahun bisa menginap di sana, saat kami datang berumroh, karena tendamu hanya bisa kami tempati saat musim haji,” tandas Abdul Mutolib. ***