Deny Suprayogi berharap, ke depan ada sinkronisasi antara prestasi olahraga dan PPDB dengan melihat benar-benar prestasi sang atlet.
“Bukan sekadar kebutuhan sekolah semata. Jika tidak membawa nama sekolah, tapikan dia telah membawa harum nama Kota Depok,” ujar Deny Suprayogi.
Sebelumnya orangtua Cyla Kartika Anindita sempat curhat di medsos. "Saya coba datang ke sana (sekolah yang bersangkutan), apakah dibutuhkan tes lebih lanjut atau boleh tahu enggak apa yang dinilai (dari PPDB prestasi non akademik) itu dari segi apanya," ungkap orangtua Cyla Kartika Anindita.
Penjelasan pihak sekolah terkait alasan penolakan Cyla Kartika Anindita di SMPN 3 Depok justru membuat ibunda Cyla Kartika Anindita, Kartika heran tak percaya.
Terlebih, kata Kartika, saat pengarahan sebelum uji kompetensi, panitia menyebutkan yang menjadi tolak ukur penerimaan adalah skor sertifikat.
"Soalnya pas lagi pengarahan uji kompetensi tuh acuan utamanya adalah skor sertifikat, kalau uji kompetensi dilaksanakan hanya untuk melihat langsung kemampuan sang anak tapi ternyata begini, zonk," ujar Kartika.
Diketahui, skor masing-masing sertifikat memiliki nilai skor yang berbeda tergantung pada tingkatan kejuaraannya.
"(Pas dilihat), saingan-saingannya anak saya tuh skor sertifikatnya enggak setinggi anak saya, kalau anak saya tuh 21 (skornya)," ungkap Kartika.
Akan tetapi, saat melihat hasil akhir penerimaan, skor akhir Cayla adalah 91 dan berada di peringkat 12 dari jatah kuota penerimaan sebanyak 11 orang.
"Skor akhir anak saya 91, jadi skor sertifikatnya 21, lalu uji kompetensinya dinilai 70. Di atasnya (peringkat dia) ya nilainya 97, 98, ya itu yang skor sertifikatnya cuma 2, tapi uji kompetensinya 90-an," jelas Kartika.
Melihat kejadian yang menimpa anaknya, Kartika mengaku kecewa dengan panitia dan pemerintah. Upaya Cayla seolah percuma setelah membawa kemenangan atas nama Depok ke Kejuaraan Daerah (Kejurda) hingga akan mengikuti babak kualifikasi Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) tahun depan.
"Kok bisa ada satu Cabor yang diprioritaskan, ada yang enggak, gitu sih kecewanya di situ. Kita sudah membawa nama daerah, kita tinggal di sini (Depok) sudah lama, dari kecil di sini, terus namanya kita bawa ke mana-mana, tapi ternyata ya di pendidikan ditolak mentah-mentah prestasinya,"tutur Kartika.