RADARDEPOK.COM – Kasus perundungan atau bullying yang dialami siswa berkubutuhan khusus berinisial R (15) sedang ditindaklanjuti pihak kepolisan, Pemkot Depok hingga Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).
Wakil Ketua KPAI, Jasra Putra menjelaskan, orang tua korban sudah melaporkan kasus perundungan tersebut kepada KPAI, untuk dilakukan penanganan agar kasus serupa tidak terjadi lagi.
"Kami sudah melakukan pengawasan, dengan mengunjungi rumah keluarga korban, untuk melihat kondisi dan meminta keterangan lebih dalam terhadap orang tua dan korban,” ujar Jasra Putra, Minggu (6/10).
Baca Juga: Beri Ruang Untuk Remaja, Kecamatan Cipayung Depok Helat Pembentukan dan Pembinaan PIK-R
Menurut Jasra Putra, berdasarkan dari keterangan orang tua korban, ini merupakan sebuah persoalan serius. Pasalnya, kejadian ini sudah sering terjadi dan dilaporkan berulang kali kepada pihak sekolah. Namun, tak mendapatkan respon positif.
"Ini terbukti ketika kepala sekolah merespons peristiwa yang baru saja terjadi dengan berkata 'masih sadar ya pak (anaknya)'. Ortu menilai kepsek tidak sensitif korban, tidak memiliki perspektif disabilitas, dan seperti menormalisasi keadaan,” tutur dia.
Jasra Putra menjelaskan, berdasarkan keterangan korban peristiwa terjadi usai Upacara Peringatan Hari Kesaktian Pancasila bubar. Yakni, ia menerima tendangan, kekerasan di punggung, tangannya dicakar.
Baca Juga: Dirgahayu ke 79 TNI, Begini Harapan Imam Budi Hartono
“Pelakunya disebut tidak hanya satu orang, melainkan 7 orang yang terlihat olehnya,” ungkap dia.
Lanjut dia, kepada KPAI korban juga bercerita bahwa beberapa peristiwa lainnya seperti pernah menerima dorongan di kepala dan badan hingga hampir terjatuh. Namun, korban tidak melihat pelaku yang mendorongnya.
"Orang tua korban menyampaikan, selama ini anaknya tidak bisa melawan, karena perilaku yang terus berulang yang ujungnya kurang diperhatikan dalam berkomunikasi. Dengan peristiwa melukai diri sendiri, menunjukkan rasa kecewa mendalam, atas ketidakperhatian. Sehingga terjadilah peristiwa tersebut," kata dia.
Baca Juga: Dinas PUPR Kucurkan Rp619 Juta Tata Drainase Alun Alun Barat Kota Depok
Tentunya, hal ini membuat orang tua korban juga mengalami kekecewaan dengan respon seorang guru yang menyampaikan bahwa anaknya baik-baik saja selama ini. Guru tersebut dianggap hanya melihat anaknya melukai diri sendiri, tanpa melihat yang memukul.
"Orang tua mendorong berbagai pihak membantu dalam pemulihan sampai tuntas, karena takutnya akan berdampak ke depan, setelah memuncaknya kekesalan, dan kekecewaan atas peristiwa tersebut. Kekhawatiran orang tua bertambah, setelah lepas visum dan BAP," kata dia.
Menurut dia, orang tua berharap kepada kepolisian dan para orang tua agar ada penegakkan hukum. Hal itu menurut orang tua korban menandakan pelaksanaan program sekolah inklusi tidak ada yang bisa memastikan.