Efek ini dapat menciptakan rasa euforia yang tinggi, namun juga meningkatkan risiko gangguan kesehatan mental dan fisik yang berkepanjangan.
"Mereka tidak sadar kalau pemakai sabu ini sedang menabung bom atom ditubuhnya. Yang sewaktu-waktu meledak dan bisa berakibat fatal bagi tubuh," beber Ela Bestia.
Ela Bestia menjelaskan, bahwa durasi panjang ini berbahaya karena pengguna sering kali tidak menyadari dampak buruk yang akan muncul setelahnya.
"Dibalik rasa percaya dirinya, tersimpan pula rasa kecemasan dan paranoid," sambung Ela Bestia.
Ela Bestia melanjutkan, banyak pemakai sabu berasal dari kalangan pekerja yang membutuhkan energi fisik ekstra untuk menjalani tugas sehari-hari, seperti kuli panggul, supir ekspedisi, hingga pekerja logistik.
"Contoh, supir logistik ya. Mereka menyetir mobil dari Jakarta sampai ujung Jawa nanti harus balik lagi itukan perlu energi yang ekstra, perlu mata yang kuat gitu. Makanya mereka merasa perlu menggunakan sabu, padahal itu tidak benar," ungkap Ela Bestia.
Setelah menjelaskan penggunaan narkoba terbanyak, Ela Bestia merinci penggunaan jenis narkoba paling sedikit di BNN Kota Depok, yakni tramadol. Kasus tramadol yang ditanganinya berjumlah tiga kasus. Kendati sedikit hal ini juga tetap menjadi perhatian.
"Apalagi yang kita tangani ini anak-anak remaja," beber Ela Bestia.
Tidak jauh berbeda dengan sabu, tramadol juga memberikan efek euforia dan juga ketenangan. Selain itu, ada juga sebagian orang yang mengkonsumsi tramadol untuk menahan rasa sakit emosional atau fisik yang dirasakannya.
Baca Juga: Mardani Ali Sera Ajak Warga Coblos Imam-Ririn di Pilkada Depok
"Remaja itu memakai tramadol, karena harganya yang murah dan ternyata mencari tramadol juga tidak sulit," kata Ela Bestia.
Selain sabu dan tramadol, Ela Bestia juga merinci penggunaan narkoba jenis lain, yakni tembakau sintetis atau yang biasa disebut sinte sebanyak 15 kasus dan penyalahgunaan ganja sebanyak empat kasus.
"Untuk rincian umurnya bervariasi ya. Paling banyak itu dewasa, umur 19 sampai 59 tahun sebanyak 60 orang dan usia 10 sampai 18 tahun sebanyak lima orang," ucap Ela Bestia.
Saat ini, ucap Ela Bestia, sudah banyak kasus rehabilitasi yang selesai, hanya tersisa lima kasus yang masih berjalan. Ela juga mengungkapkan, rata-rata pasien rehabilitasi melakukan pengobatan selama dua hingga tiga bulan, dengan durasi pertemuan sebanyak satu minggu sekali dalam waktu kurang lebih satu hingga dua jam.
"Yang 60 kita sudah close dan kebanyakan dari mereka hanya kita berikan konseling, tidak ada yang sampai dirujuk ke Lido. Paling kalau pemberian obat ya sesuai tubuh mereka saja, seperti demam dikasih paracetamol dan sebagainya," ungkap Ela Bestia.