satelit

Paling Tinggi di Depok, Kecamatan Tapos Catatkan Angka Stunting Capai 500 Kasus

Minggu, 29 Juni 2025 | 22:30 WIB
Suasana makan bersama paket PMT sebagai salah satu langkah pencegahan stunting di Kelurahan Cilangkap, Kecamatan Tapos, Kota Depok, beberapa waktu lalu. (AGNESYA WIANDA/RADAR DEPOK)
 
RADARDEPOK.COM-Kecamatan Tapos, Kota Depok menjadi wilayah dengan jumlah kasus balita stunting tertinggi di Kota Depok. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Depok, tercatat sekitar 500 balita di kecamatan tersebut mengalami stunting atau gangguan pertumbuhan akibat kekurangan gizi kronis.
 
Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok, Mary Liziawati, dalam kegiatan Gerakan Cegah Stunting yang digelar di Kelurahan Cilangkap, Kamis (26/6).
 
Mary menyebutkan, angka tersebut menjadi perhatian serius karena jauh lebih tinggi dibandingkan kecamatan lain di Depok.
 
“Berdasarkan data yang ada, Kecamatan Tapos memiliki jumlah balita stunting tertinggi se-Kota Depok,” jelas Mary.
 
Mary menyebutkan, stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi dalam waktu lama, ditandai dengan tinggi badan yang lebih rendah dibandingkan standar usianya.
 
 
“Anak-anak yang terdampak umumnya berusia antara enam bulan hingga lima tahun,” tutur Mary.
 
Mary mengatakan, Dinas Kesehatan Kota Depok telah melakukan berbagai upaya untuk menekan angka stunting, termasuk edukasi gizi, pemberian makanan tambahan untuk anak dan ibu hamil dengan Kekurangan Energi Kronis (KEK), serta kampanye pemberian ASI eksklusif.
 
“Kami memberikan edukasi kepada para ibu tentang pentingnya ASI eksklusif, pemberian makanan tambahan, dan pencegahan skipping makan,” kata Mary.
Mary mengajak seluruh elemen masyarakat, baik dari unsur pemerintah maupun swasta, untuk terlibat aktif dalam upaya pencegahan stunting.
 
Melalui program Zero New Stunting, Mrry menuturkan, Pemerintah Kota (Pemkot) Depok berkomitmen mencegah munculnya kasus baru dengan langkah intervensi lebih awal. Salah satu fokus utama adalah memastikan pemenuhan gizi sejak masa kehamilan hingga anak usia dini, guna memutus rantai stunting secara berkelanjutan.
 
“Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) juga telah menjadi program nasional sejak 50 tahun lalu, namun prevalensi anemia pada wanita usia subur dan ibu hamil masih saja tinggi,” tutur Mary.
 
 
Hal tersebut menunjukkan bahwa pencegahan dan penanggulangan stunting pada ibu hamil, meski dapat memberikan dampak, namun dirasa cukup terlambat. Mengingat perbaikan gizi pada ibu hamil yang diharapkan berdampak pada janin dan anaknya akan membutuhkan waktu yang cukup lama.
 
“Oleh karena itu, upaya bertujuan untuk menekan bertambahnya kasus stunting baru di masa yang akan datang harus dilakukan lebih ke hulu,” tandas Mary.
Perlu diketahui, secara nasional stunting masih menjadi masalah kesehatan prioritas.
 
Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia tahun 2024, prevalensi stunting nasional mencapai 21,1 persen, meski target penurunan hingga 14 persen belum tercapai. Sementara di Kota Depok sendiri, prevalensi stunting tercatat 14,3 persen pada tahun 2023. ***

Tentang 500 Balita Tapos Kena Stunting

Lokasi :
Kecamatan Tapos, Kota Depok

Jumlah Balita Stunting :
500 balita

Upaya Pemkot :
• Pemberian Makanan Tambahan untuk balita dan ibu hamil dengan KEK.
• Edukasi ASI Eksklusif untuk ibu menyusui.
• Pencegahan Skipping Makan.
• Tablet Tambah Darah (TTD) untuk remaja putri dan ibu hamil.

Fakta Nasional & Depok :
• Prevalensi Nasional (2024): 21,1%
• Target Nasional: 14%
• Prevalensi Kota Depok (2023): 14,3%

Gerakan Zero New Stunting :
• Fokus pada intervensi gizi sejak dini
• Perbaikan kesehatan ibu sebelum dan selama kehamilan.

Catatan:
Intervensi sejak hulu (sebelum kehamilan) dinilai lebih efektif dibanding hanya saat kehamilan

Tags

Terkini