metropolis

Mengintip Keramat Sambi, Makam Bersejarah Tokoh Penyebar Islam di Depok (1) : Saksi Bisu, Tiga Makam, Satu Sumur Keramat

Kamis, 18 November 2021 | 22:11 WIB

Tak banyak yang mengetahui keberadaan Situs Makan bersejarah Keramat Sambi. Terletak pada sebidang tanah di lahan eks RRI, Kelurahan Cisalak, Kecamatan Sukmajaya. Keramat Sambi mengistirahatkan Raden Muhammad Yusuf alias Mpi Siun, tokoh penyebar Islam di Depok.


Laporan : Gerard Soeharly


RADARDEPOK.COM, Tanpa pagar permanen. Dibawah rimbun pohon sambi dan sejenisnya, ada sebuah makam bersejarah di lahan eks RRI, Kelurahan Cisalak, Kecamatan Sukmajaya.


Namanya tak setenar Rumah Cimanggis yang menjadi kediaman bagi Jenderal Gubernur VOC, Petrus Albertus Van Der Parra. Meski, kedua situs sejarah itu ada pada lahan yang sama, tapi nasibnya agak sedikit berbeda.


Berdiri pada sebidang tanah yang tak begitu luas, situs Sejarah Keramat Sambi telah dijadikan suatu kawasan ziarah.


Didalamnya, terdapat tiga makam tokoh penyebar agama Islam, yaitu Raden Muhamad Yusuf atau biasa dipanggil Mpi Siun oleh Keturunannya. Dua makam lainnya mengistirahatkan istri terakhir Mpi Siun dan kudanya.


Ditemani segelas kopi hitam, Ahmad Sastra Prayuanada, keturunan kedelapan Mpi Siun, mulai menceritakan kisah leluhurnya menyebarkan agama Islam di wilayah yang kini terkenal dengan nama Kota Depok.


"Ini makam leluhur kita. Kita memanggilnya dengan Mpi Siun. Nama aslinya Raden Muhamad Yusuf," ungkap Ahmad saat disambangi Radar Depok beberapa waktu lalu.


Selain tiga makam keramat, ada satu sumur yang juga dianggap keramat oleh masyarakat sekitar. Konon katanya, berbagai penyakit dapat diobati dengan meminum segelas air dari dalam sumur tersebut.


"Kalau itu sih percaya tak percaya. Tapi sampai sekarang, banyak masyarakat yang datang untuk minta air di sumur ini. Mereka meyakini akan sembuh dengan minum air dari sumur ini," beber Ahmad.


Sambil mengingat kembali cerita pendahulunya, Ahmad mengungkapkan, Mpi Siun kala itu menyebarkan agama Islam dengan menunggangi kuda kesayangannya.


Cara menyebarkannya pun cukup unik yakni dengan menjadi Bengkong atau kini lebih terkenal sebagai Tukang Sunat. Hidup Mpi Siun, berdasarkan cerita Ahmad, berkisar 600 Tahun yang lalu, pada masa itu sejarahwan menyebutnya sebagai era Aliyah.


"Kalau kita perkirakan, berdasarkan silsilah itu sekitar ratusan tahun yang lalu," sebutnya.


Aneh tapi nyata, keturunan Mpi Siun tak memperbolehkan siapapun mengabadikan gambar didalam ruang makam leluhurnya itu.


Sebelumnya, makam Mpi Sium berada diluar ruangan. Namun, keturunannya secara swadaya mendirikan dinding sehingga, sekarang ini telah berkonsep indoor.

Halaman:

Tags

Terkini