Minggu, 21 Desember 2025

Mengenal Maharaja 48, Band Rock Asal Depok (2) : Suarakan Tentang Palestina, Ditakedown Youtube

- Jumat, 5 November 2021 | 22:06 WIB

Ada ungkapan yang berbunyi Apalah Arti Sebuah Nama, ungkapan itu nampaknya tidak berlaku bagi Amar Maruf ketika mendirikan band Maharaja 48. Sebab, dibalik nama Maharaja 48, terdapat sebuah filosofi yang dalam sarat makna.


Laporan : Indra Abertnego Siregar


RADARDEPOK.COM, Amar Maruf nampaknya seorang perokok yang cukup aktif, hal itu terlihat dari sambung menyambung rokok yang dihisapnya di tengah perbincangan. Bisa jadi, karakter suara berat dan serak-serak basah miliknya ini tercipta lantaran aktifnya dia dalam menghisap asap tembakau. Seperti mitos yang kerap berseliweran di masayarakat jika orang memiliki suara berat dia adalah perokok.


Pemberian nama dalam sebuah band, tidak ada bedanya dengan pemberian nama terhadap anak maupun nama perusahaan. Pasti ada makna atau juga harapan yang ada di balik nama yang tersemat tersebut, termasuk dalam pemberian nama Maharaja 48 pada band bentukan Amar Maruf ini.


Ketika saya kuliah di semester satu dulu, ada ahli yang menyatakan jika nama itu meruapakan suara yang paling indah. Maka itu, ketika saya membuat band namanya pun harus indan dan punya makna,” ucap Amar sembari menghisap rokok berlogo huruf A ini.


Nama Maharaja 48 memiliki filosofi sebagai raja dari segala raja di industri musik. Sedangkan angka 48 yang tersemat di belakan namanya merupakan gabungan dari tanggal lahir Amar dan istrinya.


Semua orang punya cita-cita, ketika seorang prajurit mempunyai keinginan mendapatkan jabatan yang tinggi, itu kan boleh boleh saja. Terlepas tersampaikan atau tidak, itulah mengapa saya kasih nama raja, karena saya berkeinginan menjadikan band saya ini menjadi raja di atas raja. Jadi harapanya gitu, impian kan boleh, tapi bertepatan juga saya tinggal di perumahan Maharaja. Untuk angka, angka 4 itu tanggal lahir saya, dan 8 tanggal lahir saya,” ucap sahabat La Nyalla Mattalitti ini.


Jika dikuliti lebih dalam, band Maharaja 48 ini konsisten menyarakan isu nasionalisme, sosialisme, dan religi dalam setiap karyanya. Isu nasionalisme ini lahri dari keresahannya akan krisis nasionalisme di generasi muda saat ini. selain itu, kepekaan mereka juga jauh berkurang aan sejarah berdirinya bangsa ini yang diiringi pekik takbir dan pertumpahan darah seluruh pahlawan yang berjuang di medan perang kala itu.


Saya memang fokus utama menyuarakan nasionalisme, membungkusnya pakai musik rok, karena andrenalin dan bergelora. Di samping itu juga ada lagu religi tapi tak terlalu dalam, karena latar belakang pemahaman agama kurang saya juga kurang,” tuturnya.


Meski sudah menciptakan lagu sebanyak 20 judul, Maharaja 48 sampai saat ini belum juga membuat album. “Belum buat album, tapi untuk single udah ada 20 lagu yang saya ciptakan dan sudah kami produksi, hanya saja baru 18 lagu yang sudah dirilis, mayotitas lagu saya tentak nasionalisme,” terangnya.


Maharaja 48 mengusung tiga tema dalam setiap lagunya, ada nasionalisme, sosial, dan religi. Dari setiap tema pasti ada salah satu lagu yang menjadi hits atau jagoan band ini.


Seperti untuk tema nasionalisme, ada satu lagu yang mempunyai pesan moral cukup tinggi, yaitu lagu berjudul Indonesia Rumah Kita. Lagu ini lahir dari keperihatinan Amar kala melihat berita di televisi terkait aksi demo yang sampai harus merusak fasilitas publik.


Fasilitas umum kan dibuat dari uang rakyat ngapain harus di rusak, kan banyak cara yang bisa dilakukan untuk menyampaikan aspirasi tanpa harus menimbulkan kerugian untuk orang lain. Ini lah pesan yang terkandung dalam lagu kami berjudul Indonesia Rumah Kita. Terus saya juga buat lagu berjudul Kita Indonesia untuk memotivasi generasi muda bahwa kita semua saudara sebangsa dan setanah air,” bebernya.


Selain itu, Amar juga menciptakan lagu berjudul Pahlawanku. Lagu ini didedikasikan untuk aparat keamanan baik TNI maupun Polri, sebagai bentuk apresiasinya kepada aparat yang sudah berjuang bertaruh nyawa untuk menciptakan keamanan dan menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).


Kami mengapresiasi mereka yang sedang bertugas di daerah konflik seperti di Papua, dan Poso, serta di daerah perbatasan negara. Karena jika bukan karena mereka, kita tidak bisa hidup nyaman seperti saat ini,” imbuhnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X