Senin, 22 Desember 2025

Selami Ashari, Sosok Wartawan Senior Milik Kota Depok : Kecil Jual Koran, Besar Pewarta Andalan

- Selasa, 8 Februari 2022 | 20:17 WIB
SALAM SEMANGAT : Wartawan Senior Ashari memberikan salam kepalan tangan kanan bentuk memberi semangat untuk profesi wartawan, ketika berjumpa dengan Radar Depok, di kawasan Sukmajaya, Selasa (8/2). ARNET/RADAR DEPOK
SALAM SEMANGAT : Wartawan Senior Ashari memberikan salam kepalan tangan kanan bentuk memberi semangat untuk profesi wartawan, ketika berjumpa dengan Radar Depok, di kawasan Sukmajaya, Selasa (8/2). ARNET/RADAR DEPOK

Jadi, saat itu karena penduduk lokal tidak mendapat bantuan sembako secara merata dan tidak berani menanyakan ke Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres), sehingga para pewarta yang menjadi sasaran. Sebab buat penduduk, wartawan sangat mengetahui sebaran sembako ketika itu.


"Beruntung kita bisa selamat. Karena satu desa itu kelilingin kita, semuanya bawa parang sambil tanya kalau bantuan itu kemana karena tidak merata," kata Ashari.


Ada kesan lainnya, dimana saat itu. Waktu jam dateline berlangsung, harus ditugaskan berangkat ke tanah Nusa Tenggara Timur (NTT) karena ada gempa yang jadi perhatian nasional.


Tak butuh waktu lama, kantornya suruh Ashari bergegas dengan uang yang ada di kantong Rp50 ribu. Kepikiran cukup atau tidak terbersit, tapi karena tugas dirinya tetap bertolak ke tanah Folres itu bersama pesawat Herkules milik TNI Angkatan Udara.


Sudah selesai liputan disana, sisa uangnya Rp40 ribu, karena Rp10 ribu untuk makan dan minum saat liputan. Tapi bukan langsung pulang, TNI AU ajaknya transit di berbagai Kota karena ingin jalan-jalan ke berbagai kota.


Uangnya nyaris habis karena saat itu harus sewa tempat menginap. Saat itu mes atau asrama disewa senilai Rp10 ribu, lalu digunakan maka Rp10 ribu. Jadi uangnya sekitar Rp20 ribu.


"Kesannya. Ya dengan uang Rp50 ribu bisa berkelana ke Indonesia. Itu sangat berkesan dan tak mungkin saya lupakan," ungkapnya ketika berbicang dengan Radar Depok.


Memang, meski desk kerjanya saat itu Bogor dan Depok, tapi dirinya dalam satu bulan di dalam kota hanya sekitar 3 sampai 4 hari, setelah itu diberangkatkan kantor ke luar kota bahkan ke luar negeri, seperti Malaysia dan Singapura.


Dia berasumsi sekarang dunia media telah berbanding terbalik, dahulu wartawan sangat disegani dan dicari pejabat bahkan ditunggu masyarakat untuk mendapatkan informasi yang baik dan benar, sesuai dengan fakta yang terjadi.


"Sekarang wartawan sudah nggak dicari lagi atau dinanti beritanya. kalau dulu kita disegani, sekarang sudah tidak, dan telah terbalik 180 derajat," bebernya.


Dirinya beberapa kali juga menjadi pembicara sebagai wartawan senior, ketika itu Depok masih menjadi Kota Adminstratif yang dipimpin H Badrul Kamal. Bahkan sebelum itu, pernah meraih di Kotif Depok sebagai penulis terbaik pada tahun 1991, yang diberikan secara langsung oleh Walikota Kotif Depok Masduki.


Jadi dirinya begitu mengetahui seluk beluk Depok yang saat ini menjadi Kota penyanggah Ibu Kota DKI Jakarta. Dia menjadi pelaku, yang mendampingi staf H Badrul Kamal dalam mengurus Depok menjadi Kota seutuhnya, mulai dari ke DPR, MPR, sampai Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).


Menurutnya kini roh wartawan sudah mulai bergeser dengan kesepakatan dengan iklan pemerintah yang bangun, sehingga berdampak pada kualitas dan idealis wartawan.


"Sekarang jadi wartawan itu mudah tapi tidak terarah, menghilangkan roh dan siapa itu wartawan sebenarnya," kata Ashari seraya menutup perbincangan dengan Radar Depok. (*)


Editor : Junior Williandro

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X