RADARDEPOK.COM, DEPOK - Kejadian hasil tes PCR yang salah sasaran kerap terjadi dimana-mana. Terbaru di Kota Depok. Melibatkan seorang warga dengan Rumah Sakit (RS) Brawijaya Depok, yang hasil tesnya dinyatakan positif, padahal belum menjalani tes di RS terssebut.
Seorang warga Depok, Jamaludin menyampaikan, tiba-tiba aplikasi PeduliLindungi yang ada di ponselnya menyatakan bahwa hasil tes PCR dari RS Brawijaya Depok adalah positif, padahal atas pengakuannya tidak pernah menjalani tes PCR.
"Saya kesulitan akses menyampaikan keluhan terkait dengan data PCR yang tidak benar dikarenakan kesalahan input di RS Brawijaya Depok. Saya sudah mendatangi Pihak RS dan sampai sekarang prosesnya masih belum selesai," jelasnya dari keterangan resmi, Kamis (10/2).
Dia pun merasa keberatan sekali dengan adanya hasil tes tersebut. Kejadian berawal pada 9 Februari 2022, sekita jam 03.00 WIB pagi, ia menerima pesan WA dari Kemenkes dan menyatakan saya positif Covid-19. Lalu dicek melalui aplikasi PeduliLindungi yang ternyata hasil PCR-nya positif dari laboratorium RS Brawijaya Depok.
"Jujur, saya sebelumnya tidak pernah melakukan PCR atau Swab sekalipun di RS Brawijaya Depok," tegas Jamaludin.
Tak berhenti sampai disana ketika mendapati informasi yang menurutnya sangat aneh. Dirinya segera menghubungi 119 untuk melakukan konfirmasi status PCR positif tersebut, guna mempertanyakan mekanisme perubahan status kesehatannya.
"Menurut saya tidak benar. Saya berhasil menghubungi 119, terus tanya soal status saya di peduli lindungi. Tapi katanya, kalau peduli lindungi hanya menerima data tersebut saja," ungkapnya.
Akhirnya, dirinya segera melaporkan kejadian yang sangat merugikannya karen menjadi daftar hitam dalam dunia kesehatan. Beberapa waktu setelah melapor ke bagian laboratorium RS tersebut
"Awal saya lama menunggu kejelasannya sehabis saya lapor. Terus akhirnya keluar, saya dikasih tahu kalau dan itu tidak bisa dihilangkan dan harus tunggu 14 hari, nanti akan hilang sendiri. Dengan kondisi tersebut artinya aplikasi peduli lindungi atas nama saya memiliki status hitam dengan PCR positif," jelas Jamaludin.
Akibat dari kejadian tersebut, Jamaludin menilai, pekerjaannya menjadi terbengkalai karena harus urus hasil PCR Positif yang tidak benar dan tidak valid, yang sangat merugikan dan menimbulkan resiko.
Dari pernyataan yang didapat Jamaludin dari RS bersangkutan, kalau pihak RS ada salah input data yang kebetulan nama dan tanggal lahir sama. Sehingga dirinya meminta pihak RS untuk menghubungi pihak aplikasi peduli lindungi untuk melakukan perubahan.
Dirinya berharap dengan kejadian ini, pihak RS Brawijaya Depok dapat melakukan evaluasi terkait dengan kesalahan input ini yang berakibat sangat fatal dan merugikan saya dari sisi waktu, tenaga dan pikiran.
"Saya meminta data terkait dengan PCR palsu atas nama saya untuk segera dihapus di peduli lindungi, terus saya meminta pihak RS Brawijaya depok untuk segera mengeluarkan surat permintaan maaf dan membuat pernyataan kalau terdapat kesalahan input data pasien," harap pria jebolan Univesritas Indonesia ini.
Terpisah. Kepala Divisi Non Medis RS Brawijaya Depok, Amoeng Wiyono menegaskan, semua terjadi karena kesalahan dari pihaknya, karena nama sampai tanggal lahir sama persis dengan pasien menjalani test di RS tersebut.