Setelah bermalam di kawasan Aek Siancimun, Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara (Taput) Wartawan Radar Depok kemudian melanjutkan perjalanan menuju Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Taput dengan menggunakan transportasi darat.
Laporan : Indra Abertnego Siregar
RADARDEPOK.COM, Sabtu (26/6) siang, seorang kerabat dari Kecamatan Sipahutar datang menjemput Wartawan Radar Depok menuju kampung halamannya, tempat dilangsungkannya sebuah prosesi adat besar atau dalam bahasa Batak disebut Horja.
Makna Horja menyempit pada prosesi adat pemindahan tulang belulang seorang nenek moyang dari kuburan menuju sebuah tempat baru yang disebut dengan tugu.
Penampakan kontras terpencar tatkala kendaraan yang ditumpangi mekasuki kawasan Huta Barat. Ini adalah akses satu - satunya dari Tarutung menuju Sipahutar.
Berbeda dengan Tarutung yang mulai padat dengan hingar bingar modernisasi, susasana di lintas Sipahutar ini masih jauh tertinggal dan masih terbilang original dari bentuk bangunan rumah penduduk yang masih mengginakan bahan baku papan untuk dinding rumah dan atap dari seng menghitam menandakan sudah menaungi rumah itu puluhan tahun lamanya.
Kabupaten Taput memang terkenal sebagai wilayah dengan adat istiadat dan religius yang kuat. Bisa dikatakan setiap RW di wilayah lintas Sipahutar memiliki lebih dari satu bangun gereja yang bahkan saling berhadapan.
Selain itu, sejauh mata memandang, kota akan bisa melihat bangunan berlapis keramik dengan ornamen kekristenan seperti salib ataupun gambar-gambar Tuhan Yesus.
Bangunan tersebut biasanya berada di depan rumah penduduk, samping rumah penduduk, maupun di tengah ladang penduduk. Bangunan tersebut disebut dengan Tambak, atau dalam arti sederhana adalah kuburan keluarga berukuran besar.
Setelah perjalanan 10 menit menembus pegunungan, tidak lagi nampak pemukiman penduduk. Yang terlihat hanya ladang luas yang sedang di tanami jagung ataupun nanas, dan tak jarang hanya berupa padang savana dengan rumput ilalang yang tinggi maupun hutan belantara.
Baru kemudian, jarak 30 menit perjalanan tampak lagi pemukiman penduduk, tentunya dengan tata letak dan ornamen bangunan yang sama seperti kampunt - kampung lainnya yang sudah terlewati.
Jalan menuju Sipahutar tidak lah mulus, hampir 60 persen permukaan jalannya rusak parah akibat aspal yang berlubang hingga batu lapisan pondasi bawahnya muncul ke permukaan. Tentunya hal ini cukup membuat perasaan tidak nyaman selama berada di dalam mobil.
Kerabat yang mengantar berkomentar ketus mengenai kondisi jalan tersebut. Menurutnya, jalan tersebut sudah lebih dari lima tahun belum mendapatkan perbaikan. Ada unsur politis yang kurang sehat akan lambatnya penanganan kerusakan jalan tersebut.
"Jalan ini udah lama gak dibenerin, mungkin karena mayoritas warga Kecamatan Sipahutar bukan pemilih Bupati Taput terpilih saat ini, makanya mereka cuek aja dengan kerusakan jalan ini," keluh kerabat bernama Agus Simanjuntak sembari mengendarai mobil mengantarkan wartawan Radar Depok ke Sipahutar.