Sebagai Ketua Komunitas Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), Andi Nur Aminah merupakan ketua generasi ketiga dari penerus Ketua Komunitas BOSAMA sebelumnya. Perjalanannya sebelum menjadi Ketua Komunitas Bosama dengan senang hati ia jelaskan dalam penulisan kali ini.
Laporan : Aldy Rama
RADARDEPOK.COM, Pertemuan awak Radar Depok dengan Andi Nur Aminah atau perempuan yang biasa disapa akrab Ina terbilang sangat mendadak, kehadiran awak Radar Depok diterima Ina dengan senang hati kala itu saat Ina sedang beristirahat usai menyelesaikan urusannya di Kantor Kecamatan Bojongsari dengan menikmati semangkuk bakso bersama kedua rekannya yang merupakan anggota dari Komunitas UMKM Bosama di Kedai Bakso Bu Midah (BBM) (salah satu kedai yang dikelola oleh anggota Bosama), di Jalan Masjid Nurul Falah, RT3/3, Kelurahan Bojongsari, Kecamatan Bojongsari, Depok.
Perempuan asli kelahiran Makassar tersebut menceritakan kisah nya yang menjadi generasi ketiga sebagai penerus dari Ketua Komunitas Bosama, seraya menyantap semangkuk bakso yang sedang dihidangkan. Sebagai perempuan yang tangguh, Ina merantau sendirian ke Jakarta pada tahun 1996 ketika selesai menempuh pendidikan tingginya di Universitas Hasanuddin (Unhas) untuk bekerja disalah satu media nasional hingga saat ini.
“Lulus kuliah saya langsung berangkat ke Jakarta, mencari pekerjaan. Alhamdulillah saya mendapat pekerjaan pertama saya disalah satu media nasional,” ungkapnya seraya menawarkan minuman yang tersedia.
Malang melintang perjalan berlalu, tahun 2015 Ina pindah ke kontrakan mungilnya yang berada di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan dan mulai membuka usaha pisang ijo sebagai makanan khas Makassar, yang ia jajakan ke tetangga-tetangganya dan kantor tempatnya bekerja.
“Pisang ijo yang saya buat dulu itu merupakan resep warisan dari ibu kandung saya. Berawal dari satu sisir pisang menjadi 14 porsi, kemudian saya bawa ke kantor tempat saya bekerja. Saya masih ingat betul, ketika saya menjajakan itu ke rekan kantor ternyata mereka suka, akhirnya dari sana lah rekan kerja kantor saya meminta pesanan secara online. Pesanan pertama saya saat itu 15 porsi dan saat 2015 itu harga seporsi pisang ijo saya jual Rp10 ribu,” jelasnya.
Perempuan berhijab tersebut semakin percaya diri dengan apa yang sudah dilakukan. Akhirnya, ia membuatu berbagai platform media sosial dengan label ‘Ina Hamid Aly’ sebagai akunnya untuk berjualan secara daring saat itu.
Semakin berkembang, ia pun membuat makanan khas Makassar lainnya, yakni jalangkote. Bentuknya persis sekali dengan kue pastel yang biasa ditemui pedagang kue pagi hari beserta lontong dan risol sebagai teannya. Bedanya, kue pastel memiliki kulit yang lebih tebal dibandingkan jalangkote, bila pastel dimakan bersama cabe rawit, jalangkote dimakan bersama sambal cair campuran cuka dan cabe, biasanya juga jalangkote terdapat tambahan tauge di dalamnya. Ina menjual satu jalangkote seharga Rp4.000 ditahun yang sama.
Variasi makanan khas Makassar pun kembali hadir memenuhi etalase media sosial tempatnya berjualan, adalah Barongko yang terbuat dari pisang yang dihaluskan, telur, santan, gula pasir, dan garam. Kemudian dibungkus daun pisang kemudian dikukus dengan harga yang Ina jual 6.000 2015 lalu.
“Saya menambah variasi makanan jalangkote dan barongko agar calon konsumen tidak hanya menikmati pisang ijo saja, tapi jalangkote dan barongko. Alhamdulillah tidak sia-sia makanan yang sudah dibuat, biasanya saya menggunakan sistem pre order. Untuk pisang ijo dan barongko, penjualan minimal sehari didapat 20 porsi, jalangkote sehari bisa mencapai 20 hingga 30 porsi,” ungkapnya.
Singkat cerita, tahun 2017 Ina pindah ke Kota Depok, mencari rumah di Bukit Sawangan Indah (BSI), Kelurahan Duren Mekar, Kecamatan Bojongsari. Awal mula Ina tinggal di BSI, ia tetap berdagang lewat akun media sosialnya. Bedanya, ketika ia di Depok, Ina turut menawarkan ke grup RT setempat ketika baru pindah.
Perjalanan berlanjut ke 2018, ketika tetangga Ina yang bernama Riska, merupakan anggota dari Komunitas UMKM BOSAMA mengajaknya untuk bergabung ke Komunitas UMKM BOSAMA, setelah mencicipi pisang ijo nya yang merupakan menu andalannya. Tanpa basa basi akhirnya Ina bergabung, dengan mengisi formulir dan mengajukan ktp, serta menjelaskan apa yang ia jual, pertemuan tersebut digelar di Bubur Pandan Wangi, Jalan Raya Parung, tepatnya di depan Giant, Kelurahan Bojongsari, Kecamatan Bojongsari.
“Saya berminat gabung, karena menganggap ini kesempatan saya yang mungkin tidak bisa dilewatkan, untuk mengembangkan potensi saya dalam berdagang,” jelasnya.