Di Taman Sawangan Ukulele Depok, terdapat pelatihan alat musik secara cuma-cuma. Sosok dibalik itu ialah Jayadi Eka Sapta. Akrab disapa Kak Zoe. Semua kalangan dapat mengikuti pelatihan. Balita hingga dewasa.
Laporan : Melania Andrea
RADARDEPOK.COM, Halaman 2,3 hektar dengan suasana asri itu benar-benar menyejukan mata. Kicauan burung bersahut, di Panti Asuhan Wisma Karya Bakti, Jalan Raya Curug, Kecamatan Bojongsari, Depok, membuat Minggu sore terasa nyaman.
Di salah satu sudut, sekelompok pemusik asyik berbincang-bincang. Petikan ukulele yang sedang dimainkan oleh pria bertopi hitam terbalik. Lalu salah satu pengajar menghampiri pria tersebut sambil bertanya.
“Kak Zoe kita kapan latihan ukulele dan angklungnya, anak-anak sudah nungguin tuh,” ucap Ihlam salah satu pengajar angkulng.
“Nantian aja Ihlam, masih mau mengutik-ngutik nih,” ucap Zoe sambil memegang ukulele kesayangannya.
“Oke deh kak, aku bilang dulu ke anak-anak,” sambung Ilham
Pria asal Jakarta tersebut kembali memetik ukulelenya, yang menghasilkan alunan bunyi yang indah. Udara yang sejuk ditemani dengan secangkir kopi hitam, ia pun mulai bercerita.
Terbentuk Taman Sawangan Ukulele pada 25 Febuari 2020. Zoe dengan temannya yang akrab dipanggil Kak Ale mendirikannya. Namun seiring berjalan waktu Ale mendapatkan kerjaan yang mengakibatkan jarang berkumpul kembali.
Awalnya mereka mengikuti Komunitas Ukulele Depok Tercinta (KUDETA). Lambat laun zoe dan Ale merasa terlalu jauh dan lelah, materi yang didapatkan pun bisa dilakukan dirumah.
“Lalu kita iseng buat ditaman karena waktu itu ada program satu taman satu kelurahan, jadinya main disana dan kebetulan teman-teman anak musik semua. Paling kendalanya di alat musiknya tapi lama-lama jadi pada beli sendiri,” ucap Zoe.
Kehadirannya menarik perhatian masyrakat sekitar, anak-anak yang melintas langsung mengambil ukulele dan angklung. Mulai dari sanalah tercipta pelatihan secara cuma-cuma.
Konsep yang diterapkan ialah belajar bersama, yang berarti pengajar dan murid bersama-sama belajar hal baru. Zoe mengaku awalnya hanyalah kecintaannya terhadap musik, namun lama kelamaan merasa punya tangggung jawab kepada mereka.
“Tahun pertama terdapat lebih dari 40 anak dari berbagai daerah tidak hanya Depok saja bahkan sampai Tanggerang. Untuk balitanya sendiri paling kita ajarin ice breaking, baru untuk anak SD hingga SMA diajarin dasar bermain ukulele dan angklung,” ucapnya.