Sanggar Nirmala Sari Depok, terdapat pelatihan dalang-dalang cilik. Ki Asman Budi Prayitno atau yang biasa dipanggil eyang merupakan sosok dibalik berdirinya sanggar tersebut.
Laporan : Herdyan Anugrah
RADARDEPOK.COM, Memasuki gang kecil diantara rumah-rumah warga, alunan gamelan di Sanggar Nirmala sari, Gang Wayang, Kecamatan Cinere, Depok, membuat suasana siang yang terik itu menjadi syahdu.
Di ujung dekat tangga, Pria Parubaya itu berjalan lalu duduk bersila sambil bersandar di tembok. Menyuruh muridnya untuk memainkan wayang.
"Sandi peragakan perang halus," ucap Eyang pengajar wayang.
"Baik eyang, tapi kerisnya gaada eyang," ucap sandi salah satu murid di sanggar Nirmala Sari.
Lalu, pria parubaya itu berdiri menuju ke salah satu ruangan, dengan lantunan gamelan yang dimainkan oleh murid-muridnya.
Sanggar Nirmala Sari berdiri pada 1 Juni 1987. Ki Asman Budi Prayitno atau yang biasa dipanggil Eyang (78) merupakan pendiri dari sanggar ini.
Sanggar Nirmala Sari saat ini mengkoleksi 7 kotak, yang berisi wayang-wayang kulit yang harganya bisa menembus jutaan rupiah.
"Di sanggar terdapat 7 kotak, masing-masing kotak itu berisi 500 wayang, 450 itu yang kecil, sedangkan 50 merupakan wayang yang besar" ucapnya.
Saat ini terdapat 20 anak dari berbagai daerah seperti, Depok, Bekasi, bahkan sampai Tangerang, yang mengikuti sekolah dalang.
Di sanggar Nirmala Sari dibagi menjadi 3 kelompok belajar mulai dari umur 5 tahun hingga belasan tahun.
"Dibagi menjadi 3 Kelompok, Kelompok A,B,dan C. Kelompok A itu dari umur 5 hingga 8 tahun, Kelompok B dari 8 hingga 12 tahun, Sedangkan Kelompok C dari 12 hingga 15 tahun, biasanya disebut dalang remaja" bebernya.
Konsep belajar wayang di sanggar Nirmala Sari menggunakan kurikulum dasar ajar, kurikulum tersebut terdiri dari Sabet, Catur, Vokal, Garap Lakon, dan Garap Iringan.