RADARDEPOK.COM - Sudah menjadi syarat, saat ini hampir semua kegiatan diarahkan pada penanganan Pandemi Covid-19, baik kegiatan di instansi pemerintah, swasta, dan masyarakat, begitu juga dengan perguruan tinggi melalui salah satu Tri Dharma Pendidikan Tinggi, yaitu program pengabdian kepada masyarakat. Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Jakarta, tahun ini mengadakan pengabdian kepada masyarakat pada Komunitas Ciliwung Depok untuk membangun sinergitas antara PT dan masyakarat.
Konumitas Ciliwung Depok yang bermarkas di bawah Jembatan Griya Depok Center itu merupakan komunitas yang menjaga daerah aliran Sungai Ciliwung, khususnya sekitar Depok. Sepanjang sungai banyak terdapat pohon bambuo sebagai alat untuk mengurangi erosi, selain itu tidak sedikit limbah kayu yang dibuang ke sungai sehingga bambu dan kayu sangat mudah didapat dan bahkan manjadi limbah.
Menurut Pak Syahrul, yang ditemani oleh Pak Taufik. Pembina KCD menceritakan bahwa telah lama menginginkan alat pengolah kayu untuk dijadikan bahan cuka kayu yang banyak manfaatnya, sementara dana KCD tidak tidak mencukupi. Sekitar 5 tahun yang lalu, adanjuga dosen Politeknik Negeri Jakarta yang datang dan mengadakan survey tentang pembuatan cuka kayu dan sekitar 2 tahun lalu juga ada dosen Teknik Mesin ke KCD untuk menjajaki kegiatan yang bisa dilakukan di KCD. Saat ini ada inisiasi bahwa tugas akhir mahasiswa diarahkan untuk menanfaatan pengolahan limbah sungai, namun masih kesulitan terkait dana. Mungkin memang harus dilaksanakan secara bertahap.
Alhamdulillah, tahun ini tahapan itu mulai kelihatan dengan dilaksanakannya Pengabdian kepada Masyarakat dengan tema Pemanfaatan Limbah Bambu dan Kayu dari Kali Ciliwung untuk dijadikan Cuka Kayu melalui Proses Pirolisis di Komunitas Ciliwung, Depok, yang diprakarsai oleh Haolia Rahman, ST. MT. PhD. Bambu dan kayu dapat diproses untuk dijadikan cuka kayu melalui proses pyrolisis.
Cuka kayu mempunyai nilai ekonimis yang tinggi berguna sebagai bahan desinfektan, pengawet makanan, pembasmi hama dan penyakit tanaman, pupuk cair organik, penyubur tanaman, desinfektan dan inhibitor mikroorganisme serta pencegah jamur dan bakteri. Bahkan cuka kayu dari bambu dengan konsentrasi 1% memiliki kemampuan lebih baik dalam menghambat pertumbuhan mikroorganisme dibandingkan etanol (alkohol) 70%.
Pirolisis merupakan proses pengembunan asap dari sebuah pembakaran atau karbonisasi. Dalam hal ini limbah bambu dan kayu dikarbonisasi dengan menggunakan tungku kemudian asap yang keluar dari tungku disalurkan oleh pipa yang didinginkan sehingga asap terkonesasi menjadi asap cair yang disebut cuka kayu. Mesin uap untuk proses pirolisis ini didesain dan ditrancang bagfun oleh dosen-dosen Jurusan Teknik. Alat sehari sebelumnya telah terpasang secara semi permanen di bawah jembatan GDC.
Kegiatan yang dilaksanakan di bawah jembatan GDC itu dilatarbelakangi oleh aliran sungai yang sejuk dan indah, dengan peserta kegiatan ini ialah anggota KCD dan masyarakat sekitar yang menjadi mitra KCD, mereka diharapkan mempunyai kesadaran dan dapat mengoperasikan tungku bakar proses pirolisis untuk menghasilkan cuka kayu. Peserta dosen juga turut hadir walaupun melalui virtual karena alasan protocol Covid-19.
Pada kegiatan yang dihadiri oleh Ketua dan sekretaris Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Jakarta, Dr. Eng. Muslimin ,S.T., M.T. dan Hasvienda Mohammad Ridwan, S.T.,M.T. itu memberikan wawasan kepada peserta tentang cuka kayu dan proses dan manfaatnya oleh Prof. (R) DR.Gustan Par, M.Si. Bsc. Dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, yang menjelaskan berbagai macam manfaat cuka kayu pada bidang kosmetik, pengobatan, pertanian, pengolahan pangan, dan sebagainya
Turut hadir juga perwakilan dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Depok yaitu Ibu Endah Susilowati, S.T, yang dalam sambutannya merasa senang karena memang yang diharapkan adanya sinergis yang terus menerus antara sivitas akademika, pemerintah, dan masyarakat. Akademisi sebagai pencetus gagasan, pemerintah yang mengimpelentasikan dan masyarakat yang memanfaatkan dan mengelolanya.
Yang menarik, turut hadir Bapak Maman Suparman, pensiunan KLH yang masih aktif sebagai pemerhati dan Pembina lingkungan warga. Pak Maman sangat kesal dengan sikap masyarakat yang tidak peduli terhadap penanganan sampah, bahkan katanya, masyarakat Depok saat ini mulai mengkosumsi air yang dicemari oleh limbah manusia karena safety tank sudah menyerap ke tanah dan airnya diambil untuk dikosumsi. Solusinya ialah membuat sumur peserap air hujan agar tanah senantiasa mampat terisi air sehingga air safety tank tidak dapat masuk.