RADARDEPOK.COM – Tim pengabdian Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional (FK UPNVJ , mengadakan pengabdian kepada masyarakat (PKM) dengan mengedukasi dan menangani cedera karateka Perguruan Karate INKAI, di gelanggang olahraga tempat ujian sabuk hitam karate.
Adapun PKM yang mengangkat topik ‘Peningkatan Keterampilan Pengetahuan Cedera Olahraga dan Penanganannya Pada Karateka Remaja, Dewasa dan Lansia’ itu diketuai Ayodya Heristyorini, dengan anggota Diana Agustini, Yanti Harjono, Elvina Damayanti, serta mahasiswa semester 7, yaitu Reza Ramadhansyah, Ahmad Mahdi Rezkiansyah dan Maishariifa Isfahany.
Ketua Tim PKM, Ayodya mengungkapkan, Karate merupakan suatu olahraga bela diri kompetitif dengan berbagai gerakan statis dan dinamis.
“Gerakan tendangan, lompatan, dan kuda-kuda banyak dilakukan dalam karate, sehingga kekuatan otot tungkai bawah merupakan salah satu faktor besar dalam performa seorang karateka,” ungkap Ayodya kepada Radar Depok.
Pergerakan dinamis dalam karate, lanjut Ayodya, tidak luput dengan terjadinya cedera, tidak hanya pada atlet karate profesional, namun juga para karateka amatir.
“Latihan kekuatan otot dan fleksibilitas sendi merupakan faktor penting bagi karateka untuk mencapai performa fisik terbaik sehingga mencegah kemungkinan cedera,” kata Ayodya.
Ayodya menerangkan, Karateka juga harus mengetahui risiko cedera yang bisa terjadi dalam seni bela diri yang mereka tekuni, dan bagaimana penanganan dini yang harus segera dan bisa dilakukan jika cedera tersebut terjadi sebelum karateka dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat untuk penanganan selanjutnya.
“Hal ini tentu bertujuan agar cedera yang terjadi tidak memburuk, terutama pada lansia jika cedera terjadi maka proses penyembuhan lebih lambat,” terang dia.
Dalam sebuah survei, ditemukan bahwa 73,6 persen karateka mengalami cedera pada lutut, cedera pada lutut yang paling banyak dialami karateka pada bagian Anterior Cruciate Ligament (ACL), dan mayoritas dari karateka yang cedera berusaha mengobatinya sendiri (self treatment).
“Cedera kronis pada lutut, terutama bagian ACL yang tidak tertangani, merupakan faktor resiko untuk terjadinya Osteoarthritis (OA). Padahal, fenomena OA dini pasca cedera kronis juga banyak ditemukan tidak hanya pada karate namun juga pada olahraga dinamis lain, seperti sepak bola, hoki es, angkat besi dan gulat,” jelas Ayodya.
Di lokasi yang sama, salah satu dokter tim pengabdian masyarakat, Diana Agustini mengatakan, kegiatan yang dilaksanakan berupa penyampaian materi dan tanya jawab secara langsung, dilanjutkan dengan pemeriksaan tekanan darah dan kadar gula darah.
“Tidak hanya untuk seluruh perserta ujian kenaikan DAN karateka sabuk coklat dan sabuk hitam, namun juga termasuk para pelatih, penguji serta para dewan guru. Ketua Dewan Guru INKAI yang merupakan mantan atlet nasional Shihan Harmen Lukas Tompodung DAN 9 INKAI pun turut hadir,” ungkap Diana.
Materi yang diberikan, lanjut Diana, merupakan penanganan dini cedera akut pada olahraga karate, dari segi evaluasi cedera muskuloskeletal di tempat kejadian, penanganan umum secara Rest, Ice, Compression dan Elevation (RICE), pengenalan dan penanganan dini muscle strain, ligament sprain, ligament rupture, ankle sprain, muscle cramp dan bone fracture.
“Selain itu, tidak kalah penting materi bagaimana karateka mengenali tanda-tanda kegawatan fraktur dan cedera kepala leher di tempat kejadian serta cara evakuasi yang benar dan tidak justru melakukan tindakan yang berpotensi membahayakan karateka yang sedang cedera,” ungkap dia.