politik

Orang Sunda itu Jenaka, Selesaikan Masalah dengan Dialog Kejenakaan

Sabtu, 30 September 2023 | 08:05 WIB
Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Dedi Mulyadi saat berbincang dalam podcast bersama CEO Radar Bogor Group, Hazairin Sitepu di Lembur Pakuan Sukadaya Subang. (DOK.RADARBOGORGRUP)

RADARDEPOK.COM-Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Dedi Mulyadi menyoroti adanya kritik terhadap dirinya soal kejenakaan dalam berbicara.

Dedi Mulyadi yang juga mantan Bupati Purwakarta itu menjelaskan, itu kesalahan fatal metodologi kepemimpinan di tanah Sunda.

Baca Juga: Taman Lembah Dewata Rasa Bali, Destinasi Liburan Dekat Depok, Cuma Rp20.000

Menurut Dedi Mulyadi, jadi dirinya pernah bertemu Bossman (Mardigu Wowiek) dan bilang orang Sunda itu kehilangan kejenakaannya. Karena, ciri khas pemimpin Sunda itu Jenaka.

Dedi mengatakan, orang Sunda tidak pernah stress dalam hidupnya sebab dalam menyelesaikan masalah tidak berperang namun mengedepankan dialog.

"Ngobrol kemudian ngadu bako, minum kopi dalam penyelesaian masalah dan kemudian ngobrolnya bebas tidak dibikin bertata karena di Sunda itu tidak ada feodalisme," tutur Dedi Mulyadi saat podcast dengan CEO Radar Bogor Group, Hazairin Sitepu di Lembur Pakuan Sukadaya Subang, beberapa waktu lalu.

Dedi Mulyadi menjelaskan, di Sunda tidak dikenal kasta kemanusiaan jadi memang hidupnya merdeka.

Baca Juga: Pengmas SIL UI, Ajarkan Wawasan Soal Pemilahan Sampah di Koperasi Syariah BMI

"Jadi tidak ada stratifikasi strata sosial, jadi kalau muncul Raden-raden di Sunda itu sebenarnya itu bukan nilai-nilai ke Sundaan itu kan pemberian dari Mataram saat menguasai Sunda. Kemudian, mereka memerlukan orang yang mengelola pemerintahan yang menjadi penghubung antara Mataram dengan rakyat," tutur Dedi Mulyadi yang digadang-gadang akan menjadi calon Gubernur Jawa Barat tersebut.

Ia menyontohkan, ketika menjabat Bupati Purwakarta membuat terobosan baru filosofi baju Sunda yakni celana pangsi ikat yang dilipat dengan cepat dengan memakai baju komprang.

Dedi Mulyadi menjelaskan, orang Sunda selalu terbuka dalam berbicara dan tidak ada dendam dalam hidupnya.

Baca Juga: Wisata Kuliner yang Bisa Berenang di Depok, Nggak Bayar alias Gratis

"Sosialis loh orang Sunda itu. jadi kalau mau ngomong sosialis itu ya orang Sunda. Di Sunda itu tidak dikenal kepemilikan hak, tidak ada sebenarnya, ini tanah adalah titipan yang maha tunggal dan tugas manusia itu hanya melakukan pengelolaan tidak ada hak kepemilikan yang dibagi secara bersama," jelas Dedi Mulyadi.

Ia menyontohkan, sosialis ada di kampung adat yaitu Baduy sebab hidupnya berkelompok berkomunal, tapi harus dipahami bukan atheisme.

Baca Juga: Ramalan Cinta Zodiak Besok Sabtu, 30 September, Cancer, Leo, dan Virgo: Keputusan Besar dalam Hubungan Anda!

Halaman:

Tags

Terkini