RADARDEPOK.COM – Calon Walikota Depok Nomor Urut 1, Imam Budi Hartono, terang-terangan menyentil program Supian Suri-Chandra Rahmansyah, yang akan menyediakan Balai Latihan Kerja (BLK) di Kota Depok.
Imam Budi Hartono mengatakan, kalau konsep BLK itu selama ini, Pemprov Jawa Barat sudah ada. Tersebar. Mulai dari Depok, Bekasi, Bogor, dan Bandung sudah ada BLK.
“Itu konsepnya konsep jadul (usang) gitu konsep lama,” terang Imam Budi Hartono kepada Radar Depok, usai mengisi seminar ‘Politik Asyik Anak Muda Depok’, di Margo Hotel, Senin (18/11).
“Kalau konsep yang sekarang itu di beberapa daerah kota kabupaten lebih banyak creative hub yang dibangun. Karena anak-anak muda sekarang ingin kerja pakai otak kan gitu. Skillnya itu skill intelektual,” tambah Imam Budi Hartono.
Creative hub adalah tempat yang menyatukan orang-orang kreatif, dengan menyediakan ruang dan dukungan untuk pengembangan jejaring, pengembangan bisnis, dan keterlibatan masyarakat dalam sektor kreatif, budaya, dan teknologi.
“Ya bisa buat apa? kayak misalkan dia bisa buat seperti aplikasi, dia bisa buat startup, dia bisa buat template online, dia buat animasi. Nah itu dimana. Bukan di BLK tapi di creative hub. Ini sudah berjalan di beberapa daerah termasuk di Bali juga seperti itu,” terang Imam Budi Hartono.
Lebih lanjut, beber Imam Budi Hartono, creative hub bukan menyediakan anak-anak kreatif untuk bekerja, tapi disediakan fasilitas untuk sebuah area, yang digunakan untuk mereka mengekspresikan tentang kebiasaannya, budaya, seni.
“Sebuah tempat festival yang memang dibutuhkan oleh mereka untuk tampil dalam sebuah event event tertentu,” ungkap Imam Budi Hartono.
“Ya event tentang pameran lukisan, event tentang kreativitas budaya, seni, itu termasuk juga nyanyi dan sebagainya itu di dalamnya itu ada lengkap, karena konsepnya sudah konsep modern, bukan konsep yang jadul (BLK) seperti itu,” jelas Imam Budi Hartono.
Kembali soal BLK, Imam Budi Hartono menuturkan jika pihaknya sudah punya hitung-hitungannya tentang biaya operasional BLK. Apa saja yang harus dipenuhi itu, karena ini yang sudah tidak menguntungkan bagi kota-kota yang ada di Indonesia.
“Kenapa, memang sekarang larinya kepada creative hub,” jelas Imam Budi Hartono.