politik

Kompakk RSUD Kota Depok Tinggalkan Jejak di Gunung Merapi

Kamis, 16 November 2017 | 06:45 WIB
RICKY/RADARDEPOK
PETUALANG: Kompakk RSUD Depok ketika mendaki Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta, beberapa waktu lalu.

Petualangan  Komunitas Pencinta Alam Karyawan Karyawati (Kompakk) RSUD Kota Depok terus berlanjut. 2-5 November kemarin, Karyawan dan karyawati rumah sakit plat merah ini meninggalkan jejak di salah satu gunung teraktif di Indonesia, yakni Gunung Merapi yang berada di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta.

LAPORAN: Ricky Juliansyah

Sesuai dengan waktu yang ditentukan, 2 November pukul 13:00 WIB, seluruh rombongan yang tergabung Kompak RSUD Kota Depok bersama Saoet Adventures sebuah komunitas pecinta alam Sawangan Utara berangkat dari Kecamatan Sawangan menuju Stasiun Pasar Senen untuk memulai petualangan selanjutnya. Kali ini, gabungan dari kedua komunitas penggiat alam tersebut cukup banyak, tidak kurang dari 46 orang menyediakan waktunya untuk menaklukan gunung teraktif di Indonesia, yakni Gunung Merapi yang berada di perbatasan Jawa Tengah, Yogyakarta. Dengan sabar, menikmati putaran roda kereta yang bergerak di relnya, sambil sesekali menikmati keindahan alam ciptaan Tuhan YME, tidak terasa, dini hari mereka tiba di Stasiun Jebres, Solo, kira-kira pukul 02.30 WIB. Setelah itu, sambil menanggung beban keril mereka bergegas ke Basecamp New Selo, Boyolali. “Kami berangkat 46 orang, memang kami mengambil jalur Selo karena lebih mudah dilalui,” kata Humas dan bvdokumentasi Kompakk RSUD Kota Depok, Riyanto. Setelah sampai, mereka pun istirahat sejenak sebelum memulai pendakian. Setelah anggota tim lengkap,mereka mulai menata ulang barang bawaan dan melakukan pemanasan serta peregangan otot. Hal ini penting dilakukan ketika akan melakukan kegiatan yang membutuhkan kekuatan fisik dalam skala besar. Apa lagi ketika mendaki gunung. “Selama pendakian, uniknya kami melihat puluhan monyet yang mendekati kami, begitu diberikan makanan, langsung pergi,” ucap Riyanto sambil tertawa. Pendakian pun dilakukan, langkah demi langkah mereka menyusuri pos satu menuju pos dua, sebagai tempat mereka beristirahat sebelum melanjutkan, ke pos berikutnya hingga puncak. Jalur ini didominasi oleh pepohonan kayu dan bebatuan dengan tingkat kemiringan tanah bermacam-macam, dari landai hingga terjal. Tepat pukul 17.00 WIB rombongan yang dibagi menjadi empat tim ini sampai di pos dua dan mendirikan tenda. Taburan gemintang dan gugusan Bima Sakti serta langit yang tadinya biru gelap perlahan menghilang dan tergantikan oleh cahaya keemasan yang berasal dari ufuk timur. Samar-samar nampak Gunung Lawu menjelma siluet dan jutaan lampu kota Surakarta yang masih terlihat tegas sebagai latar depannya. Malam hari di gunung itu sangat indah, bintang sangat banyak yang terlihat. Kami istirahat di Pos 2, tutur Riyanto yang juga Manager on Duty (MOD) RSUD Depok ini Sabtu subuh, sebelum sang surya mulai meninggi, rombongan kembali meneruskan langkah menuju Puncak Merapi. melewati Pos Watu Gajah ke Pasar Bubrah. Jalur yang tidak terlalu sulit dan relatif landai tetapi sudah tidak ada vegetasi yang mampu menjadi penghalang angin. Sesampainya di Pasar Bubrah mereka pun kembali beristirahat terlebih dahulu dan sesekali mengabadikan lanskap di sekitar. Setelah tenaga pulih, mereka melanjutkan menuju puncak Merapi, kali ini medannya cukup sulit, karena mereka harus mendaki jalur pasir, memang ada kemiripan dengan jalur menuju puncak Semeru. Kadang pendaki harus merangkak, jika tidak yakin pijakan mereka aman. Sesekali mereka beristirahat dan melepas dahaga di kerongkongan, dan melanjutkan kembali perjuangan menuju puncak. Hampir satu jam, aroma belerang pun mulai menyengat hidung,  artinya tinggal hitungan meter lagi mereka sampai di 2930 meter di atas permukaan laut (MDPL), yakni puncak Rajawali. “Alhamdulillah Sabtu pagi, rombongan sampai puncak. Berpetualang di alam ini membentuk karakter, kemandirian secara pribadi dan tentunya mengajarkan bagaimana hidup berdampingan dengan orang lain atau kelompok, serta mengajarkan kita lebih mencintai alam. Petualangan masih terus akan berlanjut,” ucap Riyanto. (*)

Tags

Terkini