JARI UNGU : Pemilih milenial menunjukan jari ungu usai menggunakan hak suaranya di TPS 33 Kampung Kekupu, Kelurahan Rangkepan Jaya, Pancoranmas, Rabu (17/4). Foto: RICKY/RADAR DEPOKRADARDEPOK.COM - Pemilu menjadi pesta demokrasi bagi seluruh warga negara Indonesia (WNI), khususnya untuk yang sudah memiliki hak konstitusi atau genap berusia 17 tahun. Bagi mereka yang baru merayakan sweet seventeen, tentunya Pemilu serentak yang dilaksanakan pada 17 April ini menjadi pengalaman perdana bagi generasi milenial tersebut.
Laporan : Ricky Juliansyah
Dari dalam bilik suara, Siti Hajar menimbang-nimbang pilihannya yang akan dicoblos, adanya lima surat suara yang tiap suratnya harus diberikan pilihan, membuat waktu perempuan berhijab ini tersita cukup lama di TPS, disamping menunggu panggilan saat antre.
Pada hajat pesta demokrasi lima tahunan yang kali ini dilaksanakan berbarengan dengan hari lahirnya, yakni 17 April, menjadi momen perdana Hajar menggunakan hak suaranya pada Pemilu serentak, untuk Pilpres, Pileg dan pemilihan senator di tahun 2019.
Di TPS 33 Kampung Kekupu, Kelurahan Rangkepan Jaya, Pancoranmas ini, Hajar terdaftar sebagai Daftar Pemilih Tetap (DPT) pada Pemilu 2019. Itu membuat jantungnya sedikit berdebar saat menentukan dan memantapkan pilihannya.
"Pertama kali nyoblos deg-degan, bingung, ga kenal orang-orangnya apalagi orang Jawa Barat (DPD). Kita tahu cara nyoblos paham dari Instagram dan dari teman. Harapannya semoga pemimpin terpilih bisa jaga amanah dengan baik, jujur dan cerdas," kata Hajar.
Hajar tidak sendiri, banyak pemilih milenial yang juga baru menggunakan hak suaranya guna memilih pemimpin dan wakil rakyat untuk lima tahun kedepan. Masih di TPS yang sama, Rini yang berusia 19 tahun ini pun cukup bingung dalam menentukan pilihannya.
Bagaimana tidak, pemberitaan di media nasional memberikan porsi lebih untuk pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, sementara untuk Anggota Legislatif dan senator dirasa terlalu minim. Terlebih, untuk DPD sendiri, tidak terdengar kabar mereka melakukan sosialisasi di wilayahnya.
"Lama juga menunggu untuk nyoblos, bingung, belum lagi pas nyoblosnya ribet. Jadi kurang paham, apalagi pas habis nyoblos kertasnya berantakan. Meskipun tahu cara nyoblos di medsos, tapi saya ga tau apa itu yang cuma ada fotonya aja (DPD-red). Tentunya, kita ingin agar seusai Pemilu berjalan dengan baik dan adanya perubahan," ucap Rini.
Sementara, kendati baru mengikuti pemilu, Anggita Septiani (19) mengaku sangat senang bisa ikut pesta demokrasi ini. Pasalnya, dengan menentukan pilihan ikut serta dalam menentukan masa depan bangsa.
"Bingung milihnya, apalagi hanya beberapa yang kenal, tapi kurang paham. Tentu, harapannya damai-damai saja, masalah yang beredar bisa diselesaikan, tanggapan warga ditanggapi, di pulau lain dibangun juga," harap Anggita yang mengaku menunggu hampir 1,5 jam untuk mencoblos. (*)